Sekelompok manekin yang disimulasikan sebagai astronot dan beraneka ragam eksperimen biologis akan melakukan perjalanan luar angkasa lebih jauh dari yang pernah dilakukan manusia sebelumnya. Mereka akan naik Artemis 1, penerbangan uji tanpa awak dari megaroket Space Launch System (SLS) milik NASA dan pesawat ruang angkasa Orion. Selama lebih dari sebulan, sistem ini akan menjelajahi lingkungan radiasi di dekat Bumi dan bulan, termasuk terbang di luar angkasa yang lebih jauh dari misi Apollo.

Eksperimen ini ditujukan mengingat tingginya risiko eksplorasi ruang angkasa di masa depan. Pasalnya, para ilmuwan menuturkan anggota kru yang akan menjelajah untuk misi bulan menghadapi peningkatan risiko karena harus bergerak di luar sabuk radiasi pelindung Van Allen di dekat Bumi yang selama ini melindungi astronot Stasiun Luar Angkasa Internasional dari sinar kosmik.

"Memahami (risiko) ini sangat penting untuk upaya eksplorasi ruang angkasa yang sukses dan berkelanjutan di luar angkasa," kata Ramona Gaza dari Johnson Space Center NASA dalam briefing pada Rabu (18/8).

Gaza memimpin tim sains Matroshka AstroRad Radiation Experiment (MARE), yang juga termasuk penyelidik dari Badan Antariksa Jerman (DLR). Mengutip NASA, MARE akan menerbangkan dua manekin torso yang disebut Helga dan Zohar ke luar angkasa. Keduanya juga akan dilengkapi dengan 5.600 sensor untuk mengukur radiasi. Namun, hanya salah satu dari mereka yang akan mengenakan rompi pelindung radiasi AstroRad.

Kedua "anggota kru" akan bergabung dengan "Moonkin Campos", sebuah boneka seukuran manusia yang sekarang diikat ke kursi komandan di kepala kapsul. Selain mengambil informasi tentang akselerasi dan getaran, Campos memiliki dua sensor radiasi untuk melihat akumulasi paparan yang akan dibawa misi bulan.

Selain humanoid, sel ragi atau yeast, yang merupakan organisme bersel tunggal berjenis eukariotik dan berkembang biak dengan cara membelah diri, juga akan terbang di atas Artemis 1 untuk melihat bagaimana makhluk hidup bereaksi terhadap radiasi. Cubesat BioSentinel akan menerbangkan eksperimen biologi di luar sistem Bumi-bulan untuk pertama kalinya.

"Kami berharap bahwa kami dapat mengekstrapolasi sumber daya kami untuk biologi manusia dan menginformasikan tindakan pencegahan potensial untuk misi masa depan," kata ilmuwan utama Sergio Santa Maria dari Pusat Penelitian Ames NASA.

Para ilmuwan akan terus mempelajari emisi matahari menggunakan cubesat lain yang disebut CubeSat untuk Mempelajari Partikel Surya (CuSP) mengingat melindungi astronot juga bergantung pada penilaian lingkungan radiasi. Misi tersebut akan memeriksa partikel dan medan magnet yang berasal dari matahari, yang juga dikenal sebagai angin matahari. Angin matahari dilaporkan tidak hanya memiliki relevansi dengan kesehatan manusia di luar angkasa, tetapi juga di Bumi. Hal itu karena peristiwa cuaca luar angkasa yang besar seperti lontaran massa korona dapat memengaruhi saluran listrik, satelit, dan infrastruktur penting lainnya bagi fungsi manusia di Bumi.

Mihir Desai, peneliti utama CuSP di Southwest Research Institute menjelaskan CuSP akan menjadi eksperimen pertama sebelum kemungkinan rencana untuk menempatkan armada cubesats ke luar angkasa untuk melihat radiasi matahari dari berbagai sudut dilakukan.

"Dalam beberapa hal, ini akan menjadi pelopor atau pencari jalan menuju konstelasi potensial cubesats berbiaya rendah yang dapat melakukan pengukuran dengan cara yang sangat hemat biaya," katanya.

Baca Juga: