JAKARTA - Komunitas Muda Beda Berkarya mengadakan talkshow literasi digital untuk bijak dan kritis menghadapi berita hoaks dalam menyambut pesta demokrasi Pemilu 2024 di Situbondo dan Bondowoso, Jawa Timur.

Era digital dan semakin canggihnya teknologi saat ini membuat masyarakat sangat mudah mengakses segala informasi secara online dan realtime. Kemudahan mengakses informasi perlu disikapi dengan bijak dan kritis agar tidak mudah termakan berita hoaks.

"Hoaks itu adalah berita bohong yang tidak ada sumbernya. Perlu sikap yang kritis untuk tidak langsung percaya dan wajib untuk cek terlebih dahulu akan sumber beritanya agar kita tidak termakan berita hoaks," kata Luluk Maktumah, dosen Universitas Bengkulu pada talkshow komunitas Muda Beda Berkarya yang berlangsung di Situbondo, belum lama ini.

Ia mengimbau agar tidak mudah cepat percaya dan ikut menyebarkan berita yang didapatkan dari media sosial, karena banyak berita hoaks bertebaran di media sosial mendekati pemilu.

Ia juga menegaskan akan konsekuensi tindakan apabila ikut menyebarkan berita bohong, yakni hukuman pidana. Banyak berita atau konten di media sosial yang belum diketahui sumbernya kerap dibagikan ke orang lain.

"Di pasal 28 ayat 1, bila kita melakukan penyebaran hoaks akan kena pidana hukuman 6 tahun penjara dan denda Rp1 miliar hanya dikarenakan tidak bisa menahan jari-jari kita yang tidak terkontrol akibat terpengaruh emosi lalu share di status whatsapp atau Instagram," ucapnya.

Luluk juga memaparkan alasan hoaks mudah menyebar, karena kebanyakan orang dalam menanggapi berita atau konten di media sosial terlalu mengikuti emosinya dan kurang bisa menanggapi secara rasional. Bahaya berita hoaks bisa membentuk polarisasi yang memicu perpecahan.

"Kenapa hoaks bisa mudah menyebar karena ada perasaan terancam, perasaan marah, perasaan curiga yang berlebihan. Punya rasa tidak percaya diri yang memiliki pemikiran tidak rasional dan hanya mengikuti emosinya saja untuk membentuk polarisasi yang bisa memicu perpecahan" ujarnya.

Luluk menegaskan, agar pemilu dapat berjalan dengan aman dan damai, masyarakat Indonesia khususnya di Situbondo harus lebih bijaksana dalam menanggapi perbedaan pendapat, dan tidak ada sikap intimidasi dan saling fitnah hanya karena berbeda pendapat.

"Agar pelaksanaan pemilu dapat berjalan dengan aman dan damai, perlu kearifan dan kebijaksanaan dari kita semua termasuk yang ada di sini dalam menanggapi perbedaan pendapat. Tidak boleh merasa paling sempurna, perlu sikap bijak dalam memilih. Tidak boleh melakukan tindakan yang bisa membuat perpecahan karena perbedaan pendapat yang berujung intimidasi dan fitnah," jelasnya.

Luluk berharap pemilu 2024 berjalan aman dan nyaman di ruang digital. Semua orang harus andil untuk tidak terlibat dalam penyebaran berita hoaks dan berhati-hati dengan judul berita yang provokatif.

"Bagaimana caranya agar tidak terlibat penyebaran hoaks, harus hati-hati, dilihat dari judulnya yang terlihat provokatif tidak usah langsung percaya dan disebarkan, amati situs dan faktanya. Cek foto-fotonya karena banyak yang menggunakan foto editan," jelasnya.

Sependapat dengan Luluk, Staf Bawaslu Situbondo Bahrul Walid menambahkan pentingnya membaca secara lengkap isi suatu berita. Jangan langsung memberikan asumsi serta menyebarkan berita hanya karena membaca dari potongan berita saja.

"Harus membaca, membaca, dan membaca. Jangan sampai cuma hanya 5 kata, belum tau isinya sudah men-share berita. Wajib untuk membaca agar tidak terprovokasi dan bisa membandingkan informasi itu bermasalah atau tidak. Jadi kita bisa menjadi masyarakat Indonesia yang bisa stop berita hoaks," tegasnya.

Dalam menyambut pemilu 2024, Bahrul juga mengatakan masyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita. Berita hoaks bisa saja menjadi salah satu senjata dalam pemilu.

"Hoaks bisa jadi propaganda ilusi berpikir. Dengan mengulangi kebohongan sesering mungkin, maka kebohongan itu akan menjadi kebenaran. Maka itu hoaks menjadi salah satu senjata yang paling mantap dalam pemilu. Jadi kita wajib memiliki pemikiran kritis", ujarnya.

Menurutnya, algoritma di media sosial mendukung untuk berita-berita hoaks terus bermunculan. Masyarakat harus bisa membedakan dan tidak memberi reaksi akan berita tersebut. Jadi algoritma sosial media akan memproses untuk tidak akan memunculkan berita hoaks lagi.

"Sistemasi digital itu akan diketahui dari apa yang sering dilihat. Semisal ada akun berita yang provokatif di Tiktok atau Instagram, tidak usah di like atau komentari. Tiktok lewat dari 5 detik kita scroll berarti tidak akan keluar, karena kita tidak menontonnya lebih dari 5 detik maka dalam 1 bulan berita tidak akan keluar", jelasnya.

Talkshow literasi digital juga diselenggarakan komunitas Muda Beda Berkarya di Kota Bondowoso. Mengusung tema yang sama,acara ini diharapkan dapat memberi edukasi terkait berita hoaks jelang pemilu 2024 dan mengajak masyarakat untuk ikut andil menjaga pemilu yang aman dan nyaman di ruang digital.

Kegiatan Komunitas Muda Beda Berkarya di Situbondo dan Bondowoso merupakan salah satu rangkaian kegiatan Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2023. Acara yang dihadiri 380 peserta di Situbondo dan 361 peserta di Bondowoso terdiri dari muda-mudi komunitas dan masyarakat setempat.

Baca Juga: