JAKARTA - Hasil penelitian yang dilakukan Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia menemukan bukti bahwa anak dari orang tua perokok memiliki kemungkinan mengalami kerdil 5,5 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak dari orang tua yang bukan perokok.

"Hasil itu sudah dikontrol dengan variabel genetik dan faktor lingkungan yang juga merupakan faktor-faktor risiko stunting," kata Kepala Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Indonesia, Teguh Dartanto, saat peluncuran hasil penelitiannya, di Jakarta, Senin (25/6).

Teguh mengatakan penelitian tersebut menemukan keterkaitan antara perilaku merokok orang tua dengan kondisi stunting (kekerdilan) anak, baik laki-laki maupun perempuan. Ada kecenderungan orang tua yang selalu merokok memiliki anak yang cenderung selalu kerdil.

Rata-rata anak dari orang tua perokok kronis memiliki pertumbuhan berat badan 1,5 kilogram lebih rendah dan pertumbuhan tinggi badan 0,34 sentimeter lebih rendah dibandingkan anak dari orang tua yang tidak merokok.

"Bila anak stunting, maka kecerdasannya juga akan berkurang. Rokok memiliki sifat adiktif, memiliki dampak negatif bagi generasi mendatang," tuturnya.

Menurut Teguh, secara statistik, anak stunting memiliki kecerdasan logika dan matematika yang lebih rendah daripada yang tidak stunting. Penelitian tersebut menemukan fakta bahwa anak dari keluarga perokok memiliki kecerdasan yang lebih rendah. Ant/E-3

Baca Juga: