Dokter spesialis anak konsultan respirologi KSM Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universtias Indonesia-RSCM, dr Wahyuni Indawati, Sp.A(K) meminta orang tua mewaspadai gejala asma pada anak. Adapun salah satunya yakni anak yang mengalami batuk kronik berulang.

"Kewaspadaan harus dimiliki orang tua yaitu kalau anak batuk tidak kunjung sembuh atau batuk kronik yang berulang," kata Wahyuni dalam diskusi daring, dikutip dari Antara, Jumat (5/5).

Wahyuni menjelaskan, batuk kronik berulang adalah batuk yang terjadi berkepanjangan yakni lebih dari dua minggu atau lebih dari tiga episode dalam tiga bulan berturut-turut.

"Jadi batuknya bukan batuk biasa. Tidak kunjung sembuh, berulang, hampir setiap bulan batuk," ucapnya.

Ia menambahkan, batuk kronik berulang juga dapat menjadi gejala penyakit lainnya seperti tuberculosis (TBC) hingga pneumonia. Sehingga, orang tua perlu memahami karakteristik-karakteristik lain dari asma, seperti napas yang berbunyi seperti peluit atau mengi akibat penyumbatan di saluran pernapasan, hingga batuk yang muncul lebih berat atau lebih sering pada waktu malam.

Selain itu, kata dia, perlu juga diperhatikan apakah ada makanan atau situasi tertentu yang dapat memicu batuk atau mengi.

"Misalnya, dia ter-trigger karena ada asap, debu, kemudian muncul batuk. Selain itu, bisa juga karena aktivitas fisik," ujar Wahyuni.

"Kemudian ketika diberikan terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi asma seperti diuap atau minum obat (asma) lalu dia membaik, kita harus curiga jangan-jangan itu asma," tambahnya.

Lebih lanjut, menurut Wahyuni, asma yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan pertumbuhan berat badan menjadi terganggu.Sehingga, penting bagi orang tua untuk memahami keluhan batuk yang dialami anak dan berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan tatalaksana yang tepat.

Misalnya, anak yang derajat asmanya cukup berat, maka dia memiliki ambang sensitivitas yang rendah sehingga lebih mudah kambuh. Pada kondisi ini, diperlukan terapi yang bertujuan untuk menstabilkan dan menaikkan ambang sensitivitas tersebut.

"Untuk menstabilkan atau menaikkannya, perlu terapi jangka panjang. Kita berikan secara terus menerus, setiap hari, umumnya berupa hirupan, walaupun yang usianya di bawah lima tahun ada juga obat yang diminum," tutur Wahyuni.

Wahyuni juga mengatakan, orang tua juga dapat melakukan penanganan mandiri di rumah jika anak mengalami serangan asma.

"Kita bisa berikan inhalasi awal tentu dengan obat untuk asma. Kita bisa berikan dua kali di rumah, lihat responsnya, kalau membaik tapi masih ada gejalanya, boleh diberikan sekali lagi," katanya.

"Tapi kalau sejak awal kondisinya berat maka cukup berikan sekali dan bawa ke rumah sakit. Begitu juga jika dia memiliki risiko tinggi tertentu yang butuh perhatian lebih," pungkasnya.

Baca Juga: