Ambon New Port merupakan pelabuhan yang terintegrasi antara pelabuhan logistik dan pelabuhan perikanan serta industri perikanan.

AMBON - Pemerintah akan membangun dan mengembangkan pelabuhan baru di Kota Ambon, Provinsi Maluku. Pelabuhan baru atau Ambon New Port itu, kata Presiden Joko Widodo, rencananya memiliki luas 700 hektare.

"Jadi, pagi hari ini saya khusus datang ke Ambon itu hanya punya satu keperluan, bahwa kita akan membangun Ambon New Port yang kurang lebih di dalam perencanaan nanti ada 700 hektare," ujar Jokowi saaat kunjungan ke Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon, Kamis (25/3).

Ambon New Port tersebut merupakan pelabuhan yang terintegrasi antara pelabuhan logistik dan pelabuhan perikanan serta industri perikanan. "Semua ada di satu lokasi," ungkap Jokowi.

Nantinya, pelabuhan baru itu juga akan dijadikan pusat pertumbuhan industri pengolahan ikan dan konsolidasi kargo dari wilayah Indonesia Timur.

Jokowi menyebut pengembangan pelabuhan baru tersebut sangat dibutuhkan mengingat pelabuhan khusus perikanan yang sudah ada saat ini telah mencapai kapasitas maksimum. "Tahun ini akan dimulai pembangunannya (Ambon New Port) dan kita harapkan dalam dua tahun akan selesai," tegas Jokowi.

"Untuk itu, saya minta nanti pelaku-pelaku fisheries industry bisa segera mendaftar dan ikut masuk ke dalam lokasi ini sehingga kita memiliki keyakinan bahwa ini bisa jalan," katanya.

Kepala Negara mengingatkan potensi perikanan di Maluku sangat besar. Namun hingga saat ini, potensi itu belum teroptimalkan dengan baik. Jokowi menilai pembangunan pelabuhan yang terintegrasi ini menjadi sebuah fasilitas yang dibutuhkan para pelaku usaha perikanan setempat.

Jokowi menekankan agar rencana dan implementasi dari pembangunan pelabuhan baru tersebut lebih dimatangkan agar nantinya dapat menjadi sebuah percontohan bagi pengembangan pelabuhan modern yang terintegrasi dengan industri perikanannya di daerah-daerah lainnya.

"Tadi disampaikan oleh Dirut Pelindo mengenai potensi-potensi perikanan. Ada 800.000 ton sebelah sini, kemudian sebelah utara ada 1,2 juta ton, kemudian agak di selatannya ada 2,6 juta ton. Saya kira Ambon New Port ini memang harus," tegas Jokowi.

Keluhan Pengusaha

Dalam dialog dengan Presiden, sejumlah pengusaha perikanan di Maluku mengeluhkan biaya logistik yang tinggi untuk mendukung kegiatan ekspor perikanan di wilayah itu.

"Masalah logistik, mungkin Bapak bisa lihat di Maluku ini terutama kita di Ambon, tidak terlalu banyak investor di sektor perikanan karena mengalami masalah biaya logistik yang cukup tinggi," kata salah satu pengusaha, Alfred Kusno.

Alfred mencontohkan untuk mengespor hasil perikanan dari Ambon ke Jepang, ia harus menyewa 40 kontainer dari Surabaya karena kebutuhan kontainer di Kota Ambon sangat terbatas. Selain itu, butuh waktu lama hingga dua minggu untuk mendatangkan kontainer itu ke Ambon.

Ia mengakui kontainer yang bisa di dapat di Ambon hanyalah kontainer tipe 20 feet, sedangkan untuk kebutuhan ekspor perikanan ke luar negeri ia menggunakan tipe kontainer 40 feet. "Jadi, infrastruktur di Ambon ini terlalu kecil Pak," ujar dia.

Selain mengeluhkan kesulitan logistik pendukung eskpor perikanan, Alfred juga mengeluhkan adanya uji mutu di laboratorium sebagai syarat ekspor.

Selama ini, ia dan pengusaha perikanan lainnya harus mengurus uji mutu ke Bali, dan itu sangat membutuhkan waktu dan biaya yang besar.

"Masalah laboratorium, uji mutu Pak, selama ini kami harus ke Bali, waktu dan biaya cukup mahal, di Ambon belum ada, terakhir ini mesti uji Covid-19, jadi butuh waktu dan biaya," ungkapnya.

Pengusaha lainnya, Daniel Rusli, mengatakan sebagian besar hasil perikanan dibawa ke industri di Jawa, sebagian dijual lokal dan diekspor. "Sehingga yang mengambil keuntungan adalah industri di Pulau Jawa dan middleman," ujar dia. n jon/Ant/P-4

Baca Juga: