Perjalanan berliku harus dilalui Apriyani Rahayu saat memulai karier di dunia bulu tangkis. Apriyani mengakui dua sosok penting yang mengantarkannya meraih kesuksesan, yakni Icuk Sugiarto dan almarhumah Ibunda.

Sukses menorehkan sejarah merebut medali emas ganda putri cabang bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020 jelas sangat berarti bagi Apriyani Rahayu.

Sebagai pemain muda yang baru berusia 23 tahun, Apriyani mengungkapkan perjuangannya mengawali karier dari daerah asalnya di Konawe, Sulawesi Tenggara, hingga sukses menorehkan prestasi yang mendunia. Liku-liku perjuangan Apriyani dalam meniti karier di pentas tepok bulu itu dia ceritakan dalam wawancara yang dihimpun dari beberapa kesempatan. Berikut petikan wawancara wartawan Koran Jakarta, Beni Mudesta dengan Apriyani Rahayu.

Hal ini sebenarnya sudah ditanyakan ke Greys, tapi menurut Apriyani apa strategi khusus untuk menghadapi pasangan Tiongkok?

Dari sebelum kita masuk lapangan memang kita sudah mempersiapkan strategi apa yang harus kita lakukan. Saat kita di lapangan, kita mengeluarkan strategi yang sudah kita persiapkan, dan alhamdulillah berhasil.

Paling penting memang jaga pikiran dan ketenangan. Karena ini pertandingan final, jadi mentalnya dulu yang dinaikin. Hawanya pas kita masuk lapangan itu nggak boleh kalah.

Bagaimana kalian membangun kekompakan?

Chemistry kami ini dibangun pas jauh sebelum pertandingan, saat berlatih, di mes, komunikasi bersama. Jadi, saat pertandingan ya mengalir begitu saja.

Apa arti medali emas ini untuk kamu, terutama untuk mendiang Ibu yang belum lama ini berpulang?

Medali emas ini bukan hanya impian Kak Greysia, tetapi juga saya. Medali emas ini untuk almarhum orang tua saya dan kakakku. Ibu yang sejak awal selalu menemani saat bertanding di mana pun. Jadi, ini juga didapat karena peran besar beliau.

Sebelumnya berangkat ke Olimpiade, saya pulang untuk ziarah ke kuburan Ibu, kirim doa. Habis dari situ, saya keingat Ibu terus dan kangen. Akhirnya minta tolong orang buat benerin kalung pemberian almarhumah Ibu. Dikasihnya udah lama dan waktu itu sempat putus. Jadi, saya pakai kalung itu buat obat kangen dan menguatkan saya kalau Ibu selalu di samping saya.

Bonus akan segera diterima, apa yang akan dilakukan dengan bonus tersebut?

Karena kami punya batasan umur maka harus pintar menabung apa yang sudah kami dapat. Pintar-pintar bisnis supaya uangnya terus berputar.

Beralih dari capaian di Olimpiade, bagaimana kamu menjalani hari-hari di pelatnas PBSI selama pandemi yang hingga kini belum berakhir?

Selama pandemi Covid-19 ini tetap latihan seperti biasa, tapi sehari dua kali, terus intensitasnya diturunin enggak seperti biasanya. Selebihnya enggak ngapa-ngapain di asrama. Cuma habis latihan pasti nyuci baju, kaya gitu sih. Terus kaya banyak kumpul sama teman-teman, soalnya kan enggak ngapa-ngapain, jadi biar enggak berasa bosan juga.

Rutinitas itu pasti memunculkan rasa bosan. Bagaimana Anda mengatasinya?

Banyak sih, kaya nonton. Kemarin baru selesai nonton drakor (Drama Korea). Saya suka drakor karena seru juga, enggak berasa gitu, terus tiba-tiba udah sore aja, terus tiba-tiba udah malam. Kalau nonton drakor itu kan banyak episodenya, jadi enggak terasa.

Bagaimana komunikasi dengan keluarga?

Sering video call sih sama keluarga, terus juga sering cerita-cerita keseharian di sini. Kami juga membicarakan soal perkembangan Covid-19. Saya banyak cerita soal makanan di sini yang memang harus dikontrol. Pola makannya di sini memang tetap harus dijaga, enggak boleh sembarangan karena harus menjaga badan juga, menjaga berat badan supaya tetap stabil.

Hikmah apa yang didapatkan selama pandemi Covid-19 ini?

Lebih menjaga kebersihan sih, terus juga kan tidak boleh sembarangan kalau mau pergi. Saya juga harus terbiasa untuk tidak terlalu banyak megang benda yang kelihatannya tidak steril. Jadinya terbiasa dengan kebersihan, lebih sensitif aja sih, kalau abis dari mana harus langsung bersih-bersih.

Hal apa yang akan lakukan setelah pandemi ini berakhir?

Pertama, saya mau bertemu keluarga, terus habis itu mau jalan-jalan dan mau ngurusin apa yang harus diurusin. Saya juga mau senang-senang bareng teman-teman.

Untuk rencana setelah Olimpiade Tokyo 2020, apa yang akan dilakukan?

Masih banyak prestasi yang ingin saya raih, dan sebisa mungkin berusaha terus mempertahankan performa terbaiknya serta menjaga komunikasi dengan Kak Greys.

Pastinya kita juga ada pertandingan selanjutnya. Kita mau terus menjaga performa, menjaga komunikasi kita antara saya dan Kak Greys, masih banyak yang mau diraih, bukan hanya ini aja.

Tahun ini, kita masih ada series yang lain, ada World Tour, Sudirman, ada Uber Cup, banyak sekali pertandingan penting selain Olimpiade yang jadi tanggung jawab kita. Kita mau berprestasi maksimal lagi di sana, berjuang lagi meraih yang terbaik di situ.

Saya tidak mau mengumbar-umbar banyak hal, tapi saya akan melakukan yang terbaik dalam diri saya. Karena semuanya tak ada yang tak ingin juara, pasti semuanya mau juara.

Berbicara tentang awal karier, bagaimana ceritanya hingga bisa bergabung di pelatnas?

Sebenarnya saya mulai dari umur sembilan tahun, saya jalani dulu. Awalnya dari Porseni, saat itu saya final lawan teman saya juga, tapi beda pulau. Saya kalah dan nangis karena yang menang itu berangkat ke Jakarta. Saat itu saya main bulu tangkis karena senang dan hobi serta dukungan dari keluarga.

Dukungan itu terutama dari Ibu, beliau tidak mau melepas saya, ke mana pun saya pergi selalu ikut. Mau ke Makasar ke Jakarat selalu ikut. Ibu ikut karena khawatir saya masih ngompol. Ke mana pun aku ikut, Ibu ikut. Itu perjuang beliau selain doa. Dukungan juga diberikan sampai gadai perhiasan.

Saya ingat, saat itu bermain bulu tangkis dengan raket kayu yang dibuatkan ayah saya melawan anak laki-laki tetangga saya. Saya main dengan senang-senang aja, tidak mikir bisa sampai ke sini (pelatnas).

Dulu banyak yang meremehkan, bilang postur saya pendeklah. Mereka bilang mana bisa jadi pemain kalau posturnya pendek. Banyak yang bilang begitu, tapi kedua orang tua saya tetap mendukung dan bilang, "Ayo terus jalan."

Untuk uang jajan, saya sempat jualan sayur hasil dari kebun sendiri. Ibu ngajarin saya jualan sayur untuk bisa dapat uang jajan. Saya jualan aneka ragam sayur yang ditanam di belakang rumah. Jadi, begitu perjuangan saya sejak kecil. Itu juga saya lakukan di awal karier mulai bermain bulu tangkis.

Saya ke Jakarta akhir 2011. Saya bersama yang mengurus saya namanya Pak Akib, dia punya teman di Jakarta, Pak Yuslan, yang berteman dengan Pak Icuk Sugiarto. Pak Yuslan yang menyodorkan saya ke Pak Icuk, bilang ada anak dari Konawe. Akhirnya saya gabung dengan PB-nya Pak Icuk, Pelita Bakrie.

Waktu itu sempat tidak diterima, tapi pengurus saya, Pak Akib, meminta untuk bisa diterima mohon dilihat selama tiga bulan, kalau ada kenaikan dan perkembangan bisa masuk. Saya juga tidak bisa bayar untuk latihan. Itu dibicarakan terus terang ke Pak Icuk.

Setelah tiga bulan ada perkembangan, akhirnya diterima dan gratis latihan. Jadi, jasa Pak Icuk sangat besar bagi karier saya. Saya awalnya main single, tapi pelatih saya mengatakan lebih prospek main di ganda. Tahun 2012, dipasangkan dengan Ribka Sugiarto.

Setelah tiga tahun di PB Pelita Bakrie, saya masuk PB Jaya Raya tahun 2016 diminta Imelda Wiguna, tahun 2017 masuk pelatnas. Sebenarnya untuk pelatnas dari 2014 saya sudah dipanggil, tapi umur masih kecil. Pada akhirnya saya bertahan di klub.

Saya bersyukur bisa masuk pelatnas karena sebelumnya kalah di Kejurnas 2016. Saya sempat ragu-ragu dan cemas. Tapi pelatih menenangkan saya dan mengatakan saya masuk pelatnas dan saya senang sekali. Beberapa bulan kemudian, saya langsung ikut pertandingan. Saya sempat main di ganda campuran, juga berganti beberapa pasangan.

Beda antara ganda putri dan ganda campuran itu ada beberapa hal yang harus disesuaikan. Kalau di ganda putri, harus mutar, sama-sama capek. Kalau di ganda campuran, cowoknya harus lebih banyak berperan. Pertama kali juara di kejuaraan BWF berpasangan dengan Kak Greys, saya makin yakin.

Setelah masuk ke pelatnas dan diandalkan, apa harapan saat itu?

Olimpiade adalah tujuan saya. Saya mempersiapkan mental, jaga fisik, dan pikiran. Tapi, saya merasa menikmati semua itu. Ini selaras dengan keinginan saya karena saya butuh menjadi juara. Saya berpesan, jika kalian punya mimpi, kejarlah mimpi itu meski capek dan banyak halangan.

Selama berpasangan dengan Greys, apa saja yang dialami di luar lapangan?

Kalau konflik pasti ada, karena ada ego masing-masing. Tapi, itu bisa membuat kami berkembang, karena kita sudah saling percaya dan memahami. Tiap tahun ada aja konfliknya, tapi komunikasi makin ke sini makin baik.

Saya sejak awal ditanya komitmen oleh Kak Greys, ditanya dengan tegas apa tujuan saya. Saya menjawab dengan tegas ingin menjadi juara. Setiap selesai bertanding kami melakukan evaluasi. Saya belajar banyak dari Kak Greys. Saya ikutin semua yang diajarkan dan mengembangkannya. Dari situlah makin enak dan kami menikmatinya.

Harapan saya juga ganda putri Indonesia selalu ada regenerasi. Terserah apa kata orang, bagi saya di pelatnas terus berjuang. Saya sendiri juga terus berusaha untuk lebih baik lagi.

Riwayat Hidup*

Nama: Apriyani Rahayu

Tempat, tanggal lahir: Konawe, Sulawesi Tenggara, 29 April 1998

Usia: 23 Tahun

Karier: Atlet Bulutangkis sejak 2014

Pelatih: Eng Hian, Chafidz Yusuf

Peringkat dunia: Enam (bersama Greysia Polii)

Penghargaan:

  • Medali emas Olimpiade Tokyo 2020
  • Medali perunggu Kejuaran dunia BWF (2018 dan 2019)
  • Medali perunggu Asian Games (2018)
  • Medali emas Sea Games (2019)
  • Medali perak Sea Games (2019)
  • Medali perak Piala Sudirman (2019)
  • Medali perunggu Sea Games (2017)
  • Medali perak Piala Uber (2008)
  • Medali perunggu Piala Uber (2010)

*BERBAGAI SUMBER/LITBANG KORAN JAKARTA/AND

Baca Juga: