Sentimen negatif yang melanda pasar valas dan ekuitas cukup mengganggu kondisi pasar surat utang.

JAKARTA - Harapan akan aksi beli di pasar surat utang dapat menjadi angin segar. Apalagi hal ini didukung oleh positifnya laju rupiah untuk bergerak menguat. Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan aksi beli yang masih terjaga diharapkan dapat kembali terjadi di pekan ini, terutama jika laju rupiah mampu mempertahankan tren positifnya.

Namun demikian, tren kenaikan yang terjadi dibarengi dengan penguatan imbal hasil obligasi global, seiring rencana Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) untuk tappering sebagai antisipasi kenaikan inflasi zona Eropa sehingga berpeluang menahan penguatan. "Cermati pergerakan imbal hasil obligasi global selanjutnya dan sejumlah sentimen makro yang dapat mempengaruhi pasar obligasi global dan antisipasi perubahan pada pasar obligasi," ungkap dia, Minggu (10/9).

Menurut Reza, sentimen negatif yang melanda pasar valas dan ekuitas cukup mengganggu kondisi pasar surat utang sehingga turut mengalami pergerakan variatif di awal pekan lalu. Meski disertai adanya aksi jual namun, tidak sebanyak pada pasar valas dan ekuitas yang terlihat dari pergerakan imbal hasil obligasi dalam negeri yang masih bergerak turun.

Sementara imbal hasil obligasi korporasi beberapa di antaranya cenderung flat. "Masih terjaganya aksi beli kembali membuat laju pasar obligasi bertahan positif. Di sisi lain, berbalik menguatnya rupiah turut membantu harga obligasi bertahan di zona hijau," imbuhnya. Meski laju rupiah kembali melemah, namun harga obligasi masih dapat bertahan di zona hijau.

Sementara imbal hasil obligasi korporasi beberapa di antaranya cenderung turun. Turunnya sejumlah imbal hasil obligasi AS turut membantu pergerakan obligasi di dalam negeri. Masih adanya aksi beli yang didukung dengan turunnya sejumlah imbal hasil obligasi AS dan menguatnya rupiah memberikan sentimen positif pada kenaikan lanjutan pasar obligasi.

"Aksi beli yang terjadi serta dibarengi dengan kenaikan signifikan rupiah serta sentimen positif dari dalam negeri mampu memberikan imbas positif pada pergerakan pasar obligasi. Ditambah dengan pergerakan dollar AS yang masih melemah cukup membantu bertahannya obligasi di zona hijau," kata Reza.

Menurut Reza, Kendati demikian, masih terjaganya aksi beli sepanjang pekan kemarin yang dibarengi dengan berbagai sentimen global yang turut memengaruhi pergerakan obligasi kembali mampu membuat harga obligasi tetap menghijau. Pergerakan yield untuk masing-masing tenor ialah untuk tenor pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami penurunan imbal hasil -13,72 bps; tenor menengah (5-7 tahun) turun -15,45 bps; dan panjang (8-30 tahun) turun -18,67 bps.

"Spread yield obligasi Indonesia dan US Treasury tenor 10 tahun diperkirakan dapat bergerak di kisaran 430-458 bps yang menandakan masih adanya kenaikan minat beli namun, juga mewaspadai berbagai sentimen yang ada. Diperkirakan rentang imbal hasil obligasi SUN internal akan berada dalam kisaran sekitar 3-5 bps (5,45-7,55 persen). Tetap cermati berbagai sentimen yang dapat menahan potensi kenaikan pasar obligasi," tutup Reza.

Masih Terjaga

Sementara itu, Kepala Riset PT Indo Mitra Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menuturkan total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 3-5 tahun diikuti dengan lebih dari 1 tahun dan 7-10 tahun dan sisanya merata di semua tenor hingga kurang dari 25 tahun. "Pasar obligasi meskipun total transaksi turun, namun masih tetap di atas rata rata.

Hal ini masih terlihat oleh daya beli yang masih terjaga, meskipun imbal hasil obligasi 20 tahun berhasil melemah," tuturnya. Imbal hasil obligasi 20 tahun sudah mulai menunjukkan terkonfirmasinya pelemahan setelah sekian lama bertahan dalam area penguatan. Hal ini mungkin akan menjadi tolak ukur bagi obligasi yang memiliki durasi lebih pendek, untuk terimplikasi mengalami penurunan.

yni/AR-2

Baca Juga: