JAKARTA - Aksi beli oleh investor asing sepanjang semester pertama 2017 terus berlangsung di pasar saham. Berdasarkan data Real-Time Market Information (RTI) sepanjang enam bulan 2017, aksi beli asing di pasar reguler mencapai 17,67 triliun rupiah, sedangkan hingga year to date (ytd) tercatat mengalami penurunan menjadi 16,77 triliun rupiah.

Analis Anugerah Sentra Investama, Yusuf Nugraha mengatakan secara kumulatif dari Januari-Juni 2017, asing masuk ke pasar saham tercatat sudah lebih dari 17 triliun rupiah. Namun, pada Juni mengalami penurunan menjadi 37,91 persen (month on month/mom) dan pada Juli asing mulai melakukan penjualan bersih hingga 10,9 triliun rupiah.

"Tapi dari Mei ke Juni secara month on month aksi beli asing mengalami penurunan. Pada Juni saja turun 37,91 persen," ungkap dia saat dihubungi, akhir pekan lalu (4/8). Yusuf memperkirakan hingga akhir tahun ini aksi beli asing bisa tumbuh sekitar 12 persen atau mencapai 19 hingga 20 triliun rupiah. Angka pertumbuhan itu bisa dicapai apabila tdak ada sentimen negatif yang memengaruhinya.

"Sentimen perubahan bunga The Fed akan berpengaruh sangat kuat. Apabila The Fed menaikkan FFR maka asing berpotensi keluar yang kemungkinan 10-20 triliun rupiah," jelasnya. Pada Juli saja asing telah keluar 10 triliun rupiah. Hanya saja kebijakan The Fed mulai efektif pada September. Dengan begitu pada kuartal ketiga 2017 akan ada tekanan.

Apalagi dari sisi domestik belum ada sentimen yang mampu menahan asing untuk keluar. Meski demikian, aksi beli asing di sepanjang tahun ini diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. "Kemungkinan bisa ditopang kondisi ekonomi yang kondusif dan kinerja laporan emiten yang menunjukkan ke arah positif," tutup dia.

Sedangkan Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada menuturkan pada pekan ini minimnya sentimen yang dapat dianggap positif bagi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuat lajunya belum dapat bertahan lama di zona hijau. "Terlihat, setelah sempat bergerak positif di sesi awal dengan pelaku pasar tampak antusias kembali masuk pasar dan memanfaatkan peluang kenaikan yang ada.

Namun, di sesi kedua pelemahan kembali terjadi seiring sikap pelaku pasar yang memanfaatkan kenaikan sebelumnya untuk kembali jualan," papar Reza. Menurut Reza pergerakan bursa saham global pun yang kembali bergerak variatif berimbas pada jalannya bursa saham Asia, termasuk IHSG. Harga minyak dunia yang anjlok pada perdagangan Jumat pagi (4/8), karena para investor mengkhawatirkan kenaikan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) turut direspon negatif.

yni/AR-2

Baca Juga: