oleh totok siswantara
Pemerintah menargetkan pertumbuhan produksi sepeda motor dari 7 juta pada tahun 2018 menjadi 10 juta tahun 2025. Dari jumlah itu, 20 persennya (2 juta) berjenis listrik. Satu juta di antaranya akan diekspor. Untuk itu, dikeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
Perpres menetapkan seperti insentif tarif impor untuk motor listrik (EV) berbasis baterai, infrastruktur pendukung, dan pajak investasi industri komponen. Untuk itu, segera akan disiapkan industri pendukung agar mampu meningkatkan nilai tambah industri dalam negeri. Ini terutama penyiapan industri Power Control Unit (PCU), motor listrik, dan baterai.
EV merupakan alat transportasi menggunakan motor listrik (DC) sebagai penggeraknya. Dari segi konstruksi dan sistem transmisi, EV relatif lebih sederhana dari motor berbahan bakar BBM. Diperlukan riset dan pengembangan untuk mempercepat industri EV. Platform juga terkait spesifikasi desain dan optimasi produksi komponen.
Platform mencakup technology development phase untuk mengukur potensi pengembang EV yang sudah ada. Platform diperlukan agar di antara produsen tidak berantem, tapi tumbuh bersama. Pertimbangan utama perlunya platform untuk sinergi keterkaitan desain penggerak mula, sistem transmisi, hingga standarisasi industri turunan untuk mendukung produksi.
Pengembangan EV paling signikan terkait adalah komponen penyimpan energi dan pembuatan sistem transmisi. Transmisi, khusunya gear box bisa menjadi masalah krusial, maka harus disiapkan dengan sungguh-sungguh.
Sebagai gambaran, sistem planetary gear box paling sederhana dalam jenis EV. Bagain penting desain adalah roda gigi planet, roda gigi matahari, roda gigi ring, serta jarak sumbu roda gigi. Selain itu, perbandingan putaran juga sangat penting dalam sebuah sistem gear box.
Sistem transmisi pada kendaraan berfungsi untuk meneruskan daya dari sumber penggerak kendaraan ke roda dengan mengatur putaran sesuai tingkat kecepatan yang diinginkan. Sumber penggerak pada mobil listrik berupa motor listrik berbeda dengan penggerak pada mobil konvensional yang berupa mesin motor bakar.
Percontohan
Kementerian Perindustrian dan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) membuat proyek percontohan sebagai salah satu langkah mempercepat penggunaan kendaraan listrik. NEDO adalah organisasi manajemen publik terbesar Jepang yang mempromosikan penelitian, pengembangan teknologi.
Dalam pilot project ini akan dilaksanakan demontrasi dan studi kendaraan listrik yang akan dilaksanakan di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Provinsi Bali. Demontrasi juga melibatkan Gojek dan Grab yang mewakili pengguna EV. Keterlibatan keduanya untuk mengakselerasi peningkatan penggunaan EV karena kedua perusahaan tersebut mempunyai puluhan juta pengguna aktif dan ratusan ribu mitra pengemudi.
Proyek demontrasi EV akan dilakukan melalui skema leasing kepada konsumen langsung (business to consumer) serta oleh pelaku bisnis (business to business) yang melibatkan 300 EV, 1.000 baterai, 40 baterai exchanger station dan 4 mobil listrik (mikro EV).
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, menyatakan pemerintah terus berupaya mempercepat pertumbuhan industri EV dalam negeri. Upaya ini selaras dengan tren dunia yang terus bergerak ke penggunaan kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan.
Kebijakan pengembangan kendaraan ramah lingkungan tidak terlepas dari komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi CO2 sebesar 29 persen secara mandiri dan 41persen emisi CO2 dengan dukungan internasional tahun 2030. Juga menjaga energi khususnya sektor transportasi darat, mewujudukan lingkungan hidup sehat, serta mengembangkan nilai tambah industri otomotif.
Langkah itu diperkuat dengan studi tentang EV dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), ITB, Universitas Udayana, UI, dan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Kemenperin. Studi mencakup technical performance, customer acceptance, industrial and social impact untuk menyusun rekomendasi kebijakan pengembangan EV.
Indonesia perlu segera memiliki platform EV nasional yang mengandung program lokalisasi komponen berbasis industri lokal. Jika industri komponen berkembang baik, banyak yang bisa merancang EV berskala ekonomi yang feasible untuk diproduksi.
Program lokalisasi belum optimal karena industri pemasok komponen lokal didominasi agen tunggal pemegang merek (ATPM), bukan industri-industri non-ATPM. Di lain pihak, perusahaan-perusahaan pemasok komponen lokal non-ATPM kurang berkembang. Program lokalisasi komponen otomotif akan berhasil bila dapat mendorong pertumbuhan industri kecil menengah.
Dengan Perpres Kendaraan Bermotor Listrik mendorong para industri otomotif berproduksi. AISI bekerja sama dengan pemerintah tengah menyiapkan EV dengan harga terjangkau. Umumnya, EV jauh lebih mahal dari motor konvensional karena EV menggunakan teknologi tinggi. Harga EV sekelas 125 cc bisa 2-3 kali motor konvensional. Selain itu, juga ada kendala infrastruktur seperti charging station yang masih langka. Penulis Pengkaji Alat Transformas