JAKARTA - Perempuan penggemar sepak bola di Iran bisa sedikit bernapas lega. Pasalnya, untuk pertama kali dalam lebih dari 40 tahun mereka akan dapat kembali menonton liga sepak bola domestik negara itu di stadion. Demikian juru bicara Kementerian Olahraga Iran menyatakan seperti dikutip DW dari kantor berita Isna, Jumat (26/8).

Ini adalah kali pertama perempuan boleh menonton pertandingan sepak bola secaralangsung sejak Revolusi Islam 1979. Media lokal melaporkan ini adalah langkah yang "bersejarah".

Teheran secara umum melarang perempuan untuk menghadiri pertandingan sepak bola. Namun, pada hari Kamis (25/8) fans sepak bola perempuan diizinkan masuk ke stadion untuk menonton pertandingan antara klub Teheran Esteghlal dan Mes Kerman.

Sekitar 30 persen dari Stadion Asadi Teheran, atau sekitar 28.000 tiket, telah dialokasikan khusus bagi perempuan untuk menonton pertandingan papan atas antara Esteghlal Teheran dan Mess Kerman. Jika dinilai berjalan positif, para suporter perempuan juga dapat diizinkan untuk menonton di stadion-stadion lain di Iran.

Sebuah rekaman video yang beredar menunjukkan para perempuan mengibarkan bendera tim biru Esteghlal dan bersorak dari tempat duduk mereka.

Harga Tiket Meroket

Situs berita di Iran,Asriran, mengatakan bahwa empat jam sebelum pertandingan, tiket untuk suporter perempuan terjual dengan harga sekitar 70 dolar AS atau sekitar Rp1 juta di pasar gelap, sementara harga resminya dijual di kisaran dua dolar AS atau sekitar 30 ribu rupiah.

"Ini adalah peristiwa bersejarah," lapor Hamshahri, surat kabar harian Kotamadya Teheran. "Untuk pertama kalinya, suporter perempuan Esteghlal datang ke Stadion Azadi (Tehran) untuk mendukung tim mereka melawan Mes Kerman."

Pada Januari 2022, suporter perempuan diizinkan untuk menghadiri pertandingan internasional untuk kualifikasi Piala Dunia melawan Irak. Namun, pada bulan Maret, pihak berwenang Iran kembali melarang suporter perempuan untuk menghadiri pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022 terakhir negara itu antara Iran dan Lebanon di kota suci Mashhad. Saat itu, media Iran mengatakan 12.500 tiket telah terjual secara online, 2.000 di antaranya dipesan untuk penonton perempuan.

Tekanan FIFA

Tekanan terhadap Iran untuk bertindak terhadap persoalan ini telah meningkat sejak kematian penggemar perempuan bernama Sahar Khodayari pada 2019. Khodayari, yang dikenal sebagai "gadis biru" diambil dari warna klub favoritnya Esteghlal, membakar dirikarena khawatir akan dijebloskan ke penjara setelah mencoba menghadiri pertandingan dengan menyamar sebagai laki-laki.

Kematian Khodayari memicu protes online, banyak yang menyerukan badan sepak bola dunia FIFA untuk melarang Iran ikut berlaga di kompetisi internasional dan supaya para penggemar memboikot pertandingan.

Awal bulan ini, Menteri Olahraga Iran Hamid Sajadi mengatakan FIFA telah mengirim "surat baru" ke Teheran yang mengusulkan diperbolehkannya partisipasi perempuan, karena melarang suporter perempuan termasuk pelanggaran undang-undang sepak bola internasional yang melarang diskriminasi.

"Kami tidak punya masalah dengan kehadiran perempuan di stadion," kata Sajadi kepada wartawan saat itu.

Akan tetapi Ahmad Alamolhoda, imam yang berperan penting dalam pengambilan keputusan di Republik Islam ini, berpendapat bahwa perempuan harus dilindungi dari suasana maskulin pertandingan sepak bola.

Alamolhoda mengatakan dirinya menentang kehadiran perempuan sebagai penonton dalam kompetisi olahraga laki-laki, dan menyebutnya sebagai hal yang vulgar.

Baca Juga: