Robot yang sarat beragam teknologi selalu mengundang minat. Komunitas Robot Indonesia menjembatani untuk saling tukar informasi bahkan up grade kemampuan diri.

Robot tak hanya mainan yang mengingatkan masa kanak-kanak. Robot telah menjadi teknologi yang menggerakkan benda diam dengan program maupun jarak tertentu. Keberadaannya telah membantu sejumlah aktifitas yang biasa dilakukan manusia, mulai penjinak bom maupun membuat sebuah kemasan. Robot memiliki tiga elemen dasar dalam sebuah rangkaian yaitu elektronik, mekanik, dan pemprograman.

Dengan ketrampilan mengutak-atik ketiga elemen tersebut, pencinta robot dapat membuat benda diam menjadi bergerak. "Apalagi kalau bisa kita kontrol dengan handphone, ada keasyikkan tersendiri," ujar Adiatmo Rahardi, pendiri Komunitas Robot Indonesia yang ditemui di bilangan Tomang, Jakarta Barat, Selasa (1/5). Bentuk robot dapat beroda maupun berkaki tiga yang dapat digunakan di air, darat, maupun udara.

Mengutak-atik perangkat elektronika sampai menjadi benda bergerak tidak dapat dikatakan sederhana. Setiap maker, begitu biasa sebutan untuk para pembuat robot, memerlukan informasi memadai bahkan trial and error sebelum menghasilkan produk sesuai keinginannya. Komunitas menjadi ajang kumpul maupun saling tukar informasi bahkan untuk pemula yang belum pernah membuat robot. "Nggak ada syarat tertentu yang penting pingin belajar," ujar laki-laki yang biasa disapa Adi ini.

Karena di dalam komunitas, anggota yang baru bergabung akan dimentoring oleh anggota yang sudah senior. Adi yang tidak kenal lelah memberikan pengajaran pada para anggota komunitas berkeinginan agar makin banyak engineer di negeri ini. "Jumlah engineer di negeri ini masih tergolong minim," ujar dia. Padahal teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Tujuan terbesarnya diharapkan para anggota dapat terserap di industri.

Memang sampai saat ini, peminatnya kebanyakan dari kalangan mahasiswa. Mereka dengan latar belakang pendidikan teknik namun tidak menutup kemungkinan untuk kalangan lainnya untuk bergabung. Mereka biasa bertemu dalam ajang gathering yang diadakan secara insidental (sewaktu-waktu), pameran, kompetisi seminar maupun workshop. Ajang-ajang tersebut dimanfaatkan untuk saling tukar informasi dengan sesama anggota. Selebihnya, mereka tukar informasi dilakukan melalui jejaringan sosial. Komunitas yang berdiri 21 Maret 2011 ini, mulai mensosialisasikan robot kepada anak-anak SMA maupun SMP.

Mereka dianggap sebagai cikal bakal penerus bangsa. Tujuannya tidak lain supaya makin banyak anak muda yang tertarik menjadi engineer. "Saya sendiri mengajar ekstrakulikuler robot di SMA 70 dan SMP. Berharap, kita bisa membina anak dari dini dan melebarkan sayap kecintaan terhadap robot," ujar dia.

Berdirinya Komunitas Robot Indonesia berangkat dari hobi. Adi yang sejak SMP tertarik untuk membuat robot terus mengukir impiannya hingga saat ini. Lakilaki yang pernah mengambil studi jurusan desain grafis ini, mendalami pembuatan robot membentuk forum hobi saat magang di sebuah majalah computer.

Tanpa disangka, peminat pecinta robot cukup banyak. Baru tiga hari forum dibuka, peminatnya telah mencapai 100 orang, anggotanya merupakan temannya teman. Adi makin serius menangani komunitas. Selepas magang, ia membentuk Komunitas Robot Indonesia.

Saat ini, anggota komunitas sebanyak lebih 20 ribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan dunia. Peminatnya ada yang merupakan pelajar yang sedang menimba ilmu di negara lain bahkan beberapa orang asing ikut bergabung dalam komunitas ini. "Rada unik," ujar Adi tentang orang asing yang ikut tergabung.

Ia mengakui dalam membangun komunitas menemui pasang surut. Namun saat ini, Adi bertekad untuk lebih mengenalkan robot ke generasi muda, tidak hanya sebatas pada peminatnya saja. din/E-6

Bukan Pengganti Peran Manusia

Kecanggihan robot dalam menyelesaikan pekerjaan kerap dianggap menggantikan peran manusia. Dari kacamata lain, kondisi tersebut dapat disikapi menjadi pendorong peningkatan kapabilitas manusia. Adiatmo Rahardi, pendiri Komunitas Robot Indonesia mengakui bahwa robot telah banyak digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan yang biasa dilakukan manusia.

Dalam beberapa seminar, ia kerap mendapatkan pertanyaan tentang keberadaan robot yang menggantikan peran manusia. Padahal, lapangan pekerjaan masih tergolong sulit diperoleh para pencari kerja. "Saya melihatnya simple saja. Bagus, robot makin berkembang," ujar dia. Bagi dia, lapangan pekerjaan lebih spesifik merupakan ranah negara.

Karena kondisi tersebut akan lebih menguntungkan kalau disikapi sebagai pendorong untuk meningkatkan kemampuan manusia. "Sehingga, setiap orang dituntut untuk memiliki kapabilitas yang lebih," ujar dia. Sebab, robot tidak mungkin menggantikan semua peran manusia. Yang perlu dikhawatirkan justru, banyaknya robot asing masuk ke dalam negeri dalam berbagai bidang usaha.

"Yang kita perjuangkan justru bisa nggak robot yang dari luar (negeri), kita yang bikin," ujar dia. Dia mencontohkan robot yang digunakan untuk membuat kemasan.

Jika mesin berhenti beroperasi, perusahaan bisa rugi ratusan juta per jamnya. Terlebih untuk memperbaiki mesin, mereka harus mengundang teknisi dari negara lain mengingat robotika merupakan hasil karya negara asing. Alhasil, waktu yang terbuang akan makin banyak dengan sendirinya kerugian ditanggung juga makin banyak. Jika para industri menggunakan robot buatan dalam negeri dengan teknisi setempat maka kerugian operasinal dapat ditekan.

Sayangnya, kemampuan maker (pembuat robot) dalam negeri belum mendapatkan kepercayaan dari kalangan industri, terkait kualitas kerjanya. Untuk itu, para maker di dalam negeri masih memiliki tantangan untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan industri. Karena industri menuntut standard tertentu, seperti sparepart, kualitas after service maupun garansi yang belum dapat dipenuhi para maker dalam negeri.

Komunitas Robot Indonesia berupaya menjembatani antara developer dan industri namun masih belum dapat terjalin. Karena, sumber daya manusianya yang belum berkualitas. Sampai saat ini, kebanyakan para maker masih sebatas membuat produk. din/E-6

Adu Kreatif Membuat Robot

Secara tidak sengaja membuat robot mengasah kreatifitas para maker. Karena, mereka kadang perlu beradaptasi dengan kondisi yang kurang ideal untuk sebuah robot impian. Seperti yang dialami Zerfani Yulias, 45, pemilik toko online FamosaStudio.com saat pertama membuat robot pada 1997, ia pernah mengalami kesulitan memperoleh spare part.

Hasilnya, dia membongkar komputer yang rusak untuk mendapatkan stepper sebagai penggerak motor robot dari membongkar Floppy Disk. "Karena kesulitan mendapatkan barang-barang yang sesuai dengan harga terjangkau.

Jadi, saya banyak memakai part-part hasil kanibal dari spare part komputer yang rusak," ujar dia yang dihubungi Kamis (3/5). Kecintaan terhadap robot berawal dari kesukaannya membongkar sejumlah mainan. Setiap mainan yang dimilikinya selalu berakhir terurai berantakan.

"Saya dari kecil bawaannya selalu ingin tahu cara kerja sesuatu," ujar dia yang memiliki sekitar 20 robot yang kebanyakan sudah dibongkar untuk membuar robot baru. Sejak 2009, Zerfani mulai serius membuat robot setelah mengetahui microcontroller yang bernama Arduino. Selalu ada rasa bangga setiap berhasil membuat robot. "Yang jelas sih, rasa puas karena merangkai berbagai barang menjadi robot dengan fungsi atau fitur yang kita tentukan sendiri," ujar dia.

Dalam setiap merangkai robot, ia membutuhkan biaya berkisar 700 ribu rupiah sampai tiga juta rupiah. Hal senada dihadapi Rafdy Amestira, 20 dalam membuat robot impiannya, ia kerap menghadapi kendala sulitnya mendapatkan spare part robot. Karena spare part tersebut tidak dijual di dalam negeri. "Sehingga ketika saya memprogram robot tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi saya," ujar dia yang membutuhkan biaya dari 100 ribu sampai empat juta rupiah untuk membuat satu robot. Bahkan sampai lima juta rupiah, jika drone yang dihasilkan tiba-tiba jatuh dan memerlukan perbaikan.

Dari hasil kreasinya, mahasiswa Teknik Komputer, Universitas Bina Nusantara ini telah berhasil membuat robot smart home. Robot yang digunakan untuk mengendalikan berbagai piranti rumah tangga, seperti AC, TV, maupun lampu kamar. Dengan modal 100 ribu rupiah, dia membuat robot yang terhubung dengan telepon selulernya. Sehingga, peralatan elektronik rumah tangga dapat dikendalikan dalam jarak jauh. din/E-6

Baca Juga: