Dalam proses pembuatan robot terbang ini, Tim Gamaforce 2018 mengakui telah membuat banyak perubahan baik di sisi bentuk atau desain maupun penggunaan teknologi mesinnya sendiri.

Mekanik divisi teknologi development, Diky Agustian mengungkapkan dalam pengembangannya sebuah pesawat sayap tetap yang biasanya digunakan dalam misi pemantauan dan pemetaan, tim didivisnya telah mengembangkan sistem avionik secara mandiri. "Namun kalau untuk kinerja nya baik tahun lalu maupun tahun ini tidak jauh beda," kata Diky.

Dalam tugasnya sendiri Diky bertanggung jawab untuk mendesain, menganalisis, serta memanufaktur pesawat. "Salah satu perubahan untuk technology development kami mengembangkan jenis pesawat yang belum banyak digunakan,yakni vtolplane," ungkapnya.

Diky menjelaskan dalam teknologi ini robot pesawat bisa take off dan landing seperti helicopter pada umumnya,namun bisa juga terbang layaknya pesawat biasa, sehingga tidak memerlukan runway yang panjang. "Namun punya daya jelajah yang lebih tinggi dibanding helicopter," tambahnya.

Dalam penggunaan teknologi seperti ini Diky meyakini bahwa belum banyak yang menjualnya secara komersil terutama di indonesia,dan hal ini juga sistem yang masih terbatas. Di sisi lain,

Pembimbing sekaligus dosen Ilmu Komputer dan Elektronika, FMIPA UGM, Dr. Andi Dharmawan, S.Si., M.Cs. mengatakan dirinya sangat bangga atas kesuksesan dari Tim Gamaforce. Andi mengaku selama ini selalu memonitor, dan mendampingi para mahasiswa sejak persiapan awal tahun 2018 sampai kompetisi kemarin.

"Kami melihat langsung proses perjuangan mereka, walaupun sebenarnya persiapan mereka tahun ini merupakan hasil pengembangan dr teknologi tim tahun 2017 namun pada saat kompetisi mereka sangatall out utk mendapatkan hasil maksimal," ungkapnya. Bicara soal teknologi dan desain, Andi melihat jika karya para didikannya sangatlah memuaskan.

"Namun sudah jelas tidak pernah ada kata cukup memang. teknologi dan desain yang akan segera dikembangkan lagi. karena secara teknologi negara kita masih perlu berlari untuk melampaui kemajuan dari negara lain," tuturnya. Tak hanya bicara perkembangan teknologi UAV saja, Andi menilai Gamaforce akan terus menyeimbani penggunaan teknologi yang di pakai.

Hingga saat ini para mahasiswa Tehnik UGM diakuinya selalu mengerjakan sesuai dengan Undang- Undang Republik Indonesia No. 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. "Dalam hal ini kandungan lokal dan/atau ofset dari pengadaan alat peralatan pertahanan dan keamanan paling rendah 35 persen (tiga puluh lima persen) dengan peningkatan 10% (sepuluh persen) setiap 5 (lima) tahun,"ujarnya.

Selain itu Andi menilai target pada didikannya mengembangkan teknologi UAV dapat memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) hingga mendekati 80 persen.

"Dan pada tahun 2018 ini teknologi avionik dan airframe yang telah dikembangkan kami semakin matang dan robust dengan TKDN > 60 persen, yang jelas karena di UGM ini terdapat Grup Riset Aeronautika dan Robotika yang menaungi riset robot terbang ini, maka pada tahap hilirisasi akan dilakukan berbagai macam tes agar siap untuk diintegrasikan,"pungkasnya.

yun/E-6

Baca Juga: