Adik perempuan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un yakni Kim Yo Jong mengecam Korea Selatan (Korsel) terhadap sanksi tambahan yang diberlakukan usai peluncuran rudal Pyongyang. Ia menyebut Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dan jajarannya idiot.

Kim Yo Jong menggambarkan pemerintahan Korea Selatan sebagai "anjing setia" Amerika Serikat (AS). Ini seiring pertimbangan sanksi baru terhadap Korut atas uji coba rudal baru-baru ini, termasuk peluncuran rudal balistik antarbenua minggu lalu.

"Tindakan menjijikan ini menunjukkan lebih jelas bahwa kelompok Korea Selatan adalah 'anjing setia' dan kaki tangan AS," kata Kim dalam pernyataan yang disiarkan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), dikutip dari AFP, Kamis (24/11).

"Saya bertanya-tanya 'sanksi' apa yang dijatuhkan oleh sekutu Korea Selatan, tidak lebih dari seekor anjing liar yang berlari di atas tulang yang diberikan oleh AS, dengan lancang dikenakan pada DPRK. Pemandangan yang luar biasa!" lanjutnya, menggunakan akronim nama resmi Korea Utara.

Kim menuduh Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menciptakan "situasi berbahaya" dan membandingkannya dengan pendahulunya Moon Jae-in yang lebih mampu meredam panasnya kawasan tersebut. Menurutnya, saat itu Seoul belum menjadi target Pyongyang.

"Saya bertanya-tanya mengapa orang Korea Selatan masih tetap menjadi penonton pasif atas tindakan 'pemerintah' Yoon Suk Yeol dan orang bodoh lainnya," ucapnya.

Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antar-Korea, mengeluarkan pernyataan atas komentar "menyedihkan" yang menargetkan pemimpin Korea Selatan.

"Kami menyatakan penyesalan yang kuat atas sikap (Korut) yang mencoba mengalihkan kesalahan pada kami, ketika ketegangan saat ini di Semenanjung Korea disebabkan oleh provokasi rudal Korea Utara yang berulang kali," kata kementerian itu dalam pernyataannya, dikutip dari Reuters.

Amerika Serikat telah mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk meminta pertanggungjawaban Korea Utara atas uji coba misilnya dalam satu suara, karena badan beranggotakan 15 negara itu telah terpecah tentang bagaimana menangani Pyongyang dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: