Dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan Adhi Karya untuk belanja modal (capital expendicture/capex) atau restrukturisasi.

JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) berencana menerbitkan Obligasi Tahap II senilai dua triliun rupiah. Jumlah tersebut merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) sebesar lima triliun rupiah. Adapun tahun lalu Perseroan telah menarik obligasi senilai tiga triliun rupiah. Direktur Keuangan Adhi Karya, Entus Asnawi Mukhson, mengatakan dalam penerbitan obligasi ini, Perseroan menginginkan agar diterbitkan dalam satu seri bertenor lima tahun. Namun, ada opsi dari join lead underwriter (JLU) agar diterbitkan dalam dua seri yakni seri A dan seri B. Adapun para penjamin emisi di antaranya PT Mandiri Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT BCA Sekuritas.

"Ini proses bookbuilding (penawaran awal) jalan terus dan nanti keputusannya ada di akhir merujuk pada peminat dalam hal ini investor," kata Entus di Jakarta, Kamis (9/5). Kendati demikian, tidak dipungkiri bahwa Entus lebih menginginkan agar diterbitkan dalam satu seri bertenor lima tahun karena penggunaannya untuk penyertaan jangka panjang pada anak usaha. Penerbitan obligasi ini akan dilakukan pada bulan Juni 2019. Kupon yang diberikan untuk obligasi seri A bertenor 3 tahun sekitar 9 persen dan seri B sekitar 9,75 persen. Obligasi ini mendapatkan peringkat single A minus (A-) dengan outlook stable.

Penggunaan dana hasil penerbitan untuk belanja modal (capital expendicture/capex) atau restrukturisasi. Menurut dia, restrukturisasi dalam hal ini merupakan tambahan dana senilai satu triliun rupiah kepada anak usaha, yakni PT Adhi Commuter Properti (ACP). Seperti diketahui ACP telah melakukan spin off pada tahun lalu sebesar 1,1 triliun rupiah. Perseroan pun berencana akan melakukan penyertaan kembali sebesar 1 triliun rupiah, sehingga totalnya menjadi 2 triliun rupiah.

"Tapi ada tambahan-tambahan modal untuk membangun transit oriented development (TOD) yang ada di stasiun-stasiun. Mungkin induknya akan memberikan pinjaman atau ACP akan mencari pinjaman dari luar seperti perbankan. Pengembaliannya nanti akan dikembalikan melalui skema penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO). Untuk pinjaman sekitar satu triliun rupiah dan IPO sekitar 2-2,5 triliun rupiah," jelas dia.

Dalam IPO ACP menggunakan buku laporan keuangan bulan Juni 2018. Sebelumnya PT Adhi Persada Gedung (APG) yang akan didorong terlebih dahulu untuk IPO, namun melihat situasi market tidak terlalu bagus. Sementara itu, manajemen melihat TOD memiliki pasar yang berbeda sehingga mendorongnya ACP untuk IPO lebih dahulu. "Total investasi yang dialokasikan untuk TOD sekitar 3 triliun rupiah," jelas dia.

Hingga akhir April 2019, kontrak baru Perseroan mencapai 3,9 triliun rupiah. Realisasi kontrak baru tersebut mayoritas berasal dari lini bisnis konstruksi dan EPC sebesar 81 persen, sedangkan sisanya dari lini bisnis lainnya. Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri dari swasta dan lainnya sebanyak 7 persen, BUMN tercatat 86 persen, sementara APBN/APBD sebesar 7 persen. Sedangkan berdasarkan tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari gedung 69 persen, dermaga 6 persen, jalan dan jembatan 2 persen, serta infrastruktur lainnya 23 persen. yni/AR-2

Baca Juga: