MANILA - Bank Pembangunan Asia atau ADB memangkas kembali prakiraan pertumbuhannya untuk negara-negara berkembang Asia tahun ini dan tahun depan, karena kawasan ini menghadapi hambatan yang terus-menerus dari konflik Russia- Ukraina, kebijakan Covid-19 Tiongkok dan melambatnya ekonomi global.

Pemberi pinjaman yang berbasis di Manila itu mengatakan dalam pelengkap laporan Asia Development Outlook, pihaknya memperkirakan pertumbuhan 2022 di negara-negara berkembang Asia melambat menjadi 4,2 persen, turun sedikit dari perkiraan 4,3 persen pada September dan menandai kelima kalinya prospek diturunkan.

Untuk 2023, blok ekonomi gabungan, yang meliputi Tiongkok dan India, diproyeksikan tumbuh 4,6 persen, jauh lebih lambat dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,9 persen. "Pemulihan di Asia yang sedang berkembang diperkirakan akan berlanjut tetapi kehilangan tenaga," kata ADB dalam laporan yang dirilis pada Rabu (14/12).

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok kemungkinan akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu diperkirakan tumbuh 3,0 persen tahun ini dan 4,3 persen tahun depan, lebih lemah dari perkiraan ADB sebelumnya masing-masing sebesar 3,3 persen dan 4,5 persen.

"Aktivitas ekonomi di RRT (Republik Rakyat Tiongkok) tetap terhambat oleh wabah Covid-19 yang sporadis, pembatasan nol-Covid, dan berlanjutnya pelemahan di pasar properti," kata ADB.

Prospek pertumbuhan untuk subkawasan beragam, dengan prakiraan 2022 untuk Asia Tenggara dan Asia Tengah direvisi lebih tinggi, sedangkan proyeksi untuk Asia Timur tahun ini dan berikutnya dipangkas karena melemahnya ekonomi Tiongkok.

Kawasan Asia Tenggara mungkin melihat sedikit jeda dari kenaikan harga konsumen dengan inflasi regional sekarang diperkirakan akan menetap di 4,4 persen tahun ini dari 4,5 persen sebelumnya, dan 4,2 persen pada 2023, kata ADB.

ADB memperingatkan risiko terhadap prospek pertumbuhan tetap ada karena konflik Russia-Ukraina dapat memperbaharui lonjakan harga-harga komoditas, memicu inflasi global dan mendorong pengetatan moneter lebih lanjut.

Baca Juga: