JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, menyatakan, adaptasi teknologi sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) belum merata. Hal tersebut menjadi permasalahan karena menimbulkan kesenjangan digital atau digital gap.
"Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia salah satunya adalah tidak meratanya adopsi teknologi digital, ada digital gap (kesenjangan digital)," ujar Budi dalam Peluncuran Program Adopsi Teknologi Digital dan Akselerasi Bisnis UMKM 2024 di Jakarta, pekan lalu.
Dia menerangkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah total UMKM di Indonesia ada lebih dari 64 juta dan berkontribusi 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Meski demikian, hanya 12 persen dari jumlah tersebut yang telah mengadopsi teknologi digital secara efektif.
"Sebagai upaya mengatasi kesenjangan digital tersebut, Kementerian Kominfo meluncurkan program Adopsi Teknologi Digital UMKM 2024. Program ini tentunya guna mendorong para UMKM di Indonesia agar lebih masif dalam mengadopsi teknologi digital," terangnya.
Budi berharap banyak anak muda bisa menjadi entrepreneur untuk membantu pergerakan ekonomi negara dan membuka lapangan pekerjaan. Menurutnya, potensi UMKM yang sangat besar ini harus digerakan dan ditingkatkan kemampuannya khususnya terkait digital.
"Program adopsi teknologi digital UMKM ini berfokus pada peningkatan kapabilitas UMKM, oleh karenanya perlu diterapkan strategi, seperti, merancang strategi bisnis, meningkatkan kecakapan digital, hingga memanfaatkan platform digital untuk berkolaborasi secara global," katanya.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Hokky Situngkir, mengungkapkan, program adopsi teknologi digital yang diluncurkan terbagi atas dua program, yakni program pendampingan UMKM Level Up untuk 19 kabupaten/kota di pulau Jawa, Bali, dan Sumatera serta program akselerasi bisnis UMKM di lima wilayah pulau Jawa dan Bali. Jenis UMKM yang difasilitasi ialah UMKM produsen di sektor makanan dan minuman, fashion, kerajinan kulit, kerajinan tangan, dan kosmetik.
Dia menambahkan, bentuk fasilitasinya berupa pendampingan intensif dan pemberian materi yang sesuai kebutuhan UMKM. Pelatihan dan pendampingan nantinya akan melibatkan hingga 100 fasilitator, 20 koordinator, 10 business coach, praktisi, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya dengan output berupa UMKM yang Level Up dalam konteks adopsi teknologi digital.
"Kami percaya bahwa dengan adopsi teknologi digital serta dukungan yang tepat dari berbagai pemangku kepentingan, UMKM tidak hanya dapat meningkatkan efisiensi operasional mereka. Mereka juga dapat memperluas jangkauan pasar, meningkatkan daya saing, serta mengoptimalkan proses bisnis mereka," tuturnya.