» Sangat penting bagi BI memperkuat langkahlangkah untuk menahan capital outflow tidak semakin deras.

» Penguatan ekonomi lokal terutama ketahanan pangan dan energi harus dimulai untuk mengurangi kebergantungan pada impor.

JAKARTA - Hasil analisis terbaru perusahaan investasi asal Inggris, Barclays, menyebutkan ada potensi kenaikan suku bunga acuan BI7days Reverse Repo (RR) Rate yang cukup signifikan pada rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (DGBI) 24 April nanti, setelah libur panjang Lebaran berakhir.

Seperti dilansir dari Bloomberg News sebelum data cadangan devisa terbaru dipublikasikan oleh bank sentral. Barclays melihat potensi signifikan kenaikan BI7 days RR Rate minimal 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen menjadi 6,25 persen, apabila rupiah terus terpuruk mendekati level 16.000 per dollar AS.

Diakui, dalam jangka pendek mungkin mata uang emerging market akan sedikit bernapas lega karena diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas logam dan minyak. "Kami perkirakan ada jeda sebelum terjadi penguatan dollar AS lebih lanjut," kata Barclays.

Menanggapi analisis tersebut, pengamat ekonomi dari STIE YKP Yogyakarta, Aditya Hera Nurmoko, mengingatkan jika rupiah sampai melewati level 16 ribu rupiah per dollar AS, akan menjadi ancaman serius bagi stabilitas perekonomian Indonesia.

Para pelaku pasar, jelasnya, masih melihat sesuatu yang wajar, jika rupiah bergerak di kisaran 15 ribu rupiah per dollar AS. Kalau sampai melampaui batas psikologis kepercayaan pasar, akan sulit bagi BI untuk mengembalikan rupiah ke level 15 ribu rupiah per dollar AS, justru terancam semakin melemah.

"Rupiah jika sudah melemah ke level 16.000 per dollar AS akan berpengaruh langsung pada impor barang modal dan bahan baku yang merupakan komponen penting dalam rantai produksi dan distribusi di Indonesia. Kenaikan harga barang-barang impor ini dapat memberatkan biaya produksi perusahaan, mengurangi daya saing, dan pada akhirnya, berpotensi merosotkan pertumbuhan ekonomi," papar Aditya.

Oleh sebab itu, BI perlu memperkuat langkah-langkah untuk menahan capital outflow (pelarian modal keluar) menjadi semakin penting. Salah satu instrumen kebijakan yang dapat digunakan adalah menaikkan suku bunga acuan.

"Dengan menaikkan suku bunga acuan, BI membuat investasi dalam bentuk rupiah menjadi lebih menarik bagi investor sehingga bisa membendung keluarnya modal dari pasar keuangan Indonesia," kata Aditya.

Ancaman Inflasi

Dihubungi dalam kesempatan terpisah, manajer Riset Sekretaris Nasional Fitra, Badiul Hadi, mengatakan analisis dari Barclays sangat rasional karena sudah dipastikan memperhitungkan faktor eksternal yaitu ketidakpastian ekonomi global yang sangat tinggi, terutama ancaman inflasi di negara-negara ekonomi maju seperti Amerika Serikat (AS).

Selain eksternal, faktor domestik juga tentu sudah dicermati khususnya ancaman inflasi yang belum mereda, apalagi barang-barang bahan makanan yang harganya berfluktuasi (volatile food).

Meskipun sudah berkali-kali mengintervensi pasar, harga beras tetap tinggi dan menjadi penyumbang terhadap inflasi bulanan.

Dalam kondisi seperti itu, kenaikan suku bunga acuan BI7 days RR Rate menjadi solusi jangka pendek yang bisa ditempuh untuk merespons dan meredam nilai tukar agar rupiah tidak semakin dalam terpuruk.

Hal yang paling penting dilakukan pemerintah adalah mencari solusi jangka panjang agar ketidakpastian ekonomi global seperti saat ini tidak berdampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah dan perekonomian nasional.

Upaya tersebut, kata Badiul, adalah dengan memperkuat ekonomi lokal terutama ketahanan pangan dan energi sehingga mengurangi kebergantungan pada produk-produk impor yang banyak menggerus devisa.

Sebelumnya diberitakan, kebijakan moneter BI melakukan tripple intervention terhadap kurs rupiah yang terdepresiasi terbukti gagal dan sia-sia. Hal itu karena intervensi dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah tidak membuat rupiah menguat, tapi malah makin terpuruk. Akibatnya, cadangan devisa berupa valuta asing (valas) yang dilepas BI hanya menguap sia-sia.

Padahal, BI sebenarnya masih punya pilihan lain dengan menaikkan suku bunga agar dana asing yang ada di portofolio, terutama Surat Berharga Negara (SBN) tetap bertahan, karena mendapat imbal hasil yang lebih menguntungkan, ketimbang membawa keluar (capital outflow) dan menempatkan di instrumen safe heaven seperti dollar AS.

Baca Juga: