Tangerang - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangerang mengelar evaluasi data dan studi banding dengan mencontoh Kabupaten Sumedang terkait penanganan stunting karena adanya kenaikan data dari 11,8 persen menjadi 17,6 persen.
"Ada kenaikan angka stunting di Kota Tangerang yaitu di angka 17.6 persen di mana sebelumnya di angka 11.8 persen. Maka itu kita melakukan evaluasi terhadap apa yang dilakukan tahun depan berdasarkan data yang ada," kata Kepala Bappeda TangerangDecky Priambodo di Tangerang Rabu dalam keterangannya.
Ia mengatakan kenaikan angka stunting ini hampir terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Dari delapan kabupaten/kota di Provinsi Banten, ada lima kabupaten/kota dan Kota Tangerang menjadi salah satu wilayah yang mengalami kenaikan.
Oleh karena itu Pemkot Tangerang akan terus memaksimalkan dan menguatkan data-data, lalu memanfaatkan aplikasi sehingga proses evaluasi, monitoring, dan pencapaian mudah diintervensi, dan memaksimalkan lembaga ad hoc yang sudah ada.
"Di tahun 2024 ini kami terus berupaya menurunkan angka stunting di bawah angka nasional dan melakukan benchmarking dengan lokasi-lokasi sekitar Kota Tangerang. Saat ini, lokus di Kota Tangerang ada sembilan kelurahan dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Penanganannya juga tidak hanya lokus saja tetapi seluruh wilayah," katanya.
Lalu terkait studi banding dengan Kabupaten Sumedang, Decky mengatakan ada tiga hal yang dilakukan yakni penguatan data yang baik. Kedua, proses bisnis karena melibatkan banyak seperti siapa mendapatkan apa, siapa dapat mengintervensi apa, dibungkus dengan proses bisnis yang baik.
"Ketiga, kelembagaan yang efektif bagaimana organisasinya fungsional dan semangat menurunkan stunting hingga level wilayah. Masyarakat juga dapat mengakses data setiap saat di seluruh wilayah dan mereka berlomba untuk menurunkan stunting," lanjutnya.
Diharapkan, Pemkot Tangerang dapat terus menekan angka stunting hingga tidak ada lagi kasus stunting baru. Sehingga, dapat mencapai target nasional Indonesia Emas 2045.
"Kami terus berupaya agar tidak ada kasus stunting baru. Usia pengamatan stunting hanya dua tahun dan apabila tidak ada kasus baru maka angka stunting akan terus berkurang. Sehingga, Kota Tangerang dapat bebas stunting dan juga mencapai target Indonesia Emas 2045," katanya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tangerang Herman Suwarman menekankan pentingnya kerja sama antar pihak dalam memerangi stunting di Kota Tangerang. Hal
"Penanggulangan stunting membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, karena ini merupakan masalah yang kompleks. Oleh karena itu, melalui Rembuk Stunting, menjadi langkah penting untuk memastikan integrasi dan koordinasi dalam upaya penurunan stunting di Kota Tangerang," kata Sekda
Ia menjelaskan salah satu program unggulan Pemkot Tangerang dalam memerangi stunting adalah Gerakan Anak Tangerang Sehat dan Cerdas. "Gerakan ini mendorong kolaborasi antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam melaksanakan intervensi stunting secara menyeluruh," ujarnya.
Sekda, mengatakan, Pemkot Tangerang telah dan terus melakukan berbagai upaya dalam mengatasi stunting. Namun, kata Herman, masih terdapat kendala dalam penurunan stunting di Kota Tangerang.
"Salah satu kendalanya adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang stunting. Oleh karena itu, Pemkot Tangerang terus berupaya meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang stunting kepada masyarakat," katanya.
Sekda, berharap, seluruh pihak dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan Kota Tangerang bebas stunting sesuai dengan Peraturan Wali Kota Tangerang Nomor 114 Tahun 2022 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
"Untuk mencapai target penurunan stunting, membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak, termasuk masyarakat dan lintas sektor di wilayah," ujarnya.
Ada Peningkatan Jumlah, Bappeda Kota Tangerang Contoh Sumedang Tangani Stunting
02 Mei 2024, 00:03 WIB
Waktu Baca 3 menit