YOGYAKARTA - Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman, pada pekan lalu, melaksanakan kunjungan kerja di wilayah Magelang dan Yogyakarta dan menemui sejumlah tokoh, salah satunya Raja Kraton Yogya, Sri Sultan HB X.
Dinas penerangan TNI AD mengabarkan bahwa kunjungan Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman ke Sri Sultan Hamengkubuwono X, juga diterima dengan penuh keakraban dan kekeluargaan di ruang kerja Sri Sultan Hamengkubuwono X.
"Kegiatan kunjungan ini juga merupakan kunjungan silaturahmi untuk lebih meningkatkan hubungan harmonis dengan tokoh nasional karismatik lintas agama dalam rangka membangun kesamaan persepsi pengabdian bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara," tulis rilis Dispenad TNI AD, Senin (13/12).
Namun rilis tersebut tak menjelaskan lebih lanjut perbincangan apa yang terjadi antara kedua tokoh tersebut.
Berbeda dengan pertemuan sebelumnya yakni Jenderal Dudung bertemu dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Diterangkan, pada kesempatan tersebut, Kasad merasa bersyukur bisa bersilaturahmi dengan para Pengurus Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta. Silaturahmi ini merupakan bagian dari rangkaian silaturahmi Kasad dengan organisasi keagamaan dan lintas keagamaan
Sementara itu, KH Haedar Nasier menyampaikan tentang kegiatan yang dilakukan oleh Pengurus Pusat Muhammadiyah dalam mendukung program pemerintah. Salah satunya adalah membantu pemerintah dalam upaya penanganan wabah Covid-19.
Muhammadiyah dan TNI AD memiliki kesamaan pandangan, bahwa kehidupan kebangsaan harus berpijak pada nilai Pancasila, agama dan kebudayaan luhur bangsa. Selanjutnya, beliau juga mengatakan bahwa Muhammadiyah sejak dahulu telah bahu membahu bersama TNI dalam perjuangan kemerdekaan.
Hal ini dibuktikan dengan adanya kader-kader Muhammadiyah seperti KH Ahmad Dahlan dan Jenderal Soedirman yang merupakan pejuang dan pahlawan nasional.
Pada kesempatan yang sama, Kasad menegaskan sebelum terbentuknya TNI, pergerakan perjuangan dalam merebut kemerdekaan banyak dilakukan oleh laskar-laskar pejuang hingga terbentuknya PETA, yang merupakan cikal bakal TNI.
"Dalam proses kemerdekaan Indonesia, banyak tokoh agama yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, termasuk ulama dari Muhammadiyah," ujar Kasad.
Permasalahan lain yang dibahas pada pertemuan tersebut, adalah perihal pentingnya persatuan nasional, dengan cara merawat kebhinekaan yang ada, sekaligus menjunjung tinggi prinsip musyawarah dan gotong royong. Kedua hal tersebut merupakan budaya luhur dan identitas bangsa Indonesia yang telah tumbuh dalam masyarakat Indonesia sejak sebelum terbentuknya NKRI.