“Acta Diurna" tercatat menjadi surat kabar pertama yang pernah diterbitkan dengan cara ditulis tangan pada zaman Romawi. Ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada 1440 merevolusi penerbitan surat kabar secara signifikan.
"Acta Diurna" tercatat menjadi surat kabar pertama yang pernah diterbitkan dengan cara ditulis tangan pada zaman Romawi. Ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada 1440 merevolusi penerbitan surat kabar secara signifikan.
Sepanjang sejarahnya yang panjang dan kompleks, surat kabar telah mengalami banyak transformasi. Menelaah akar sejarah surat kabar dapat membantu menjelaskan bagaimana dan mengapa surat kabar telah berkembang menjadi media yang memiliki banyak segi seperti sekarang ini.
Para sarjana umumnya memuji bangsa Romawi kuno yang menerbitkan surat kabar pertama dengan nama Acta Diurna. Nama tersebut artinya kegiatan sehari-hari yang terbit pertama kali pada 131 sebelum masehi (SM). Meskipun tidak ada salinan dari surat kabar ini yang bisa dijumpai saat ini, namun keberadaannya diyakini secara luas. Surat kabar ini menerbitkan kronik peristiwa, pertemuan, kelahiran, kematian, dan gosip sehari-hari.
Isi Acta DIurna awalnya berupa catatan proses dan keputusan hukum, namun akhirnya berkembang menjadi pemberitahuan publik dan informasi berguna lainnya misalnya kelahiran, perkawinan, dan kematian dari keluarga terpandang. Setelah beberapa hari, papan tersebut diturunkan dan diarsipkan.
Kadang para juru tulis membuat salinan Acta Diurna dan mengirimkannya ke gubernur provinsi untuk kepentingan informasi. Kemudian kaisar menggunakan Acta Diurna untuk mengumumkan keputusan kerajaan atau senator dan acara pengadilan.
Bentuk lain dari Acta Diurna adalah pemberitahuan hukum dan militer. Acta pada awalnya dirahasiakan, sampai saat Julius Caesar mempublikasikan Acta Diurna secara umum pada 59 SM. Namun publikasi surat kabar ini berhenti ketika kursi kekaisaran dipindahkan ke Konstantinopel.
Laman Libraries memaparkan, pada 1566, nenek moyang surat kabar modern lainnya muncul di Venesia, Italia. Avisi atau surat kabar ini ditulis tangan dan berfokus pada konflik politik dan militer. Namun, ketiadaan teknologi mesin cetak sangat membatasi sirkulasi surat kabar ini di Venesia.
Lalu ditemukannya mesin cetak Johannes Gutenberg pada 1440 mengubah wajah penerbitan surat kabar secara drastis. Mesin cetak bergerak yang memungkinkan reproduksi bahan cetakan berkualitas tinggi dengan kecepatan hampir 4.000 halaman per hari. Angka ini 1.000 kali lebih banyak daripada yang dapat dilakukan oleh seorang juru tulis dengan tangan.
Inovasi ini menurunkan harga bahan cetakan untuk pertama kalinya. Hal ini menjadikannya dapat diakses oleh pasar massal. Dalam sekejap, mesin cetak baru mengubah ruang lingkup dan jangkauan surat kabar, membuka jalan bagi jurnalisme modern.
Surat kabar mingguan pertama yang menggunakan mesin cetak Gutenberg muncul pada 1609. Meskipun surat kabar bernama Relations: Aller Furnemmen yang di cetak oleh Johann Carolus. Surat kabar kedua adalah Aviso Relations over Zeitung dicetak oleh Lucas Schulte.
Kedua surat tidak menyebutkan nama kota tempat surat kabar tersebut dicetak untuk menghindari pemerintah, penganiayaan dengan mengetahui lokasi. Surat kabar itu hanya dapat diidentifikasi karena penggunaan bahasa Jerman.
Terlepas dari kekhawatiran akan penganiayaan, surat kabar tersebut sukses dan surat kabar dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa tengah. Selama 5 tahun berikutnya, mingguan bermunculan di Basel, Frankfurt, Wina, Hamburg, Berlin, dan Amsterdam.
Pada 1621, Inggris mencetak surat kabar pertamanya dengan judul Corante atau berita mingguan dari Italia, Jerman, Hongaria, Polandia, Bohemia, dan Prancis. Pada 1641, surat kabar dicetak di hampir setiap negara di Eropa.
Format
Surat kabar awal ini mengikuti salah satu dari dua format utama. Yang pertama adalah corantos gaya Belanda, kertas dua sampai empat halaman yang dikemas padat, sedangkan yang kedua adalah pamflet gaya Jerman, kertas yang lebih luas setebal 8 sampai 24 halaman.
Pada awalnya banyak penerbit mulai mencetak dalam format Belanda. Namun seiring meningkatnya popularitas mereka, mereka beralih ke gaya Jerman yang lebih besar. Gaya ini dinilai lebih mampu memberi banyak informasi.
Karena banyak dari publikasi awal ini diatur oleh pemerintah, mereka tidak memberitakan berita atau peristiwa lokal. Namun, ketika perang saudara meletus di Inggris pada 1641, ketika Oliver Cromwell dan Parlemen mengancam dan akhirnya menggulingkan Raja Charles I, warga beralih ke surat kabar lokal untuk meliput peristiwa-peristiwa besar ini.
Pada November 1641, surat kabar mingguan berjudul The Heads of Somel Proceedings in This Present Parliament mulai berfokus pada berita domestik. Surat kabar ini memicu diskusi tentang kebebasan pers yang kemudian diartikulasikan pada tahun 1644 oleh John Milton dalam risalah terkenalnya Areopagitica.
Meskipun Areopagitica fokus utamanya pada larangan parlemen terhadap buku-buku tertentu, Areopagitica juga membahas surat kabar. Milton lebih menekankan pada teks dibandingkan surat kabar, dan risalah tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap peraturan percetakan. Di Inggris, surat kabar dibebaskan dari kendali pemerintah, dan masyarakat mulai memahami kekuatan pers yang bebas.
Surat kabar memanfaatkan kebebasan baru ini dan mulai menerbitkan lebih sering. Dengan publikasi dua mingguan, surat kabar memiliki ruang tambahan untuk memuat iklan dan laporan pasar. Hal ini mengubah peran jurnalis dari sekedar pengamat menjadi pemain aktif dalam perdagangan, seiring dengan semakin bergantungnya pemilik bisnis dan investor pada surat kabar untuk memasarkan produk mereka dan membantu mereka memprediksi perkembangan bisnis.
Ketika penerbit menyadari semakin populernya dan potensi keuntungan surat kabar, mereka mendirikan penerbitan harian. Pada tahun 1650, sebuah penerbit Jerman mulai mencetak surat kabar harian tertua di dunia yang masih ada, Einkommende Zeitung, dan penerbit Inggris mengikutinya pada tahun 1702 dengan Daily Courant di London. Publikasi harian seperti itu, yang menggunakan format judul dan hiasan ilustrasi yang relatif baru, mengubah surat kabar menjadi perlengkapan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. hay/I-1