JAKARTA - Turki meningkatkan volume impor minyak dari Rusia pada tahun ini seiring dengan rencana kedua negara tersebut untuk menjalin kerja sama bisnis, terutama perdagangan energi di tengah sanksi barat yang melanda Rusia, demikian menurut data lembaga Refinitiv Eikon yang dikutip VOA, Sabtu (27/8).

Perdagangan antara Turki dan Rusia telah berkembang pesat sejak musim semi karena perusahaan-perusahaan Turki yang tidak dilarang berurusan dengan mitra bisnis dari Rusia berusaha mengisi peluang setelah Uni Eropa hengkang dari Moskow akibat agresi di Ukraina.

Turki meningkatkan impor minyak dari Rusia, termasuk jenis Ural dan Siberian Light, dengan volume yang melebihi 200.000 barel per hari (bph) sepanjang tahun ini dibandingkan dengan hanya 98.000 bph untuk periode yang sama tahun 2021, menurut data Refinitiv.

Turki tidak menerapkan sanksi apapun terhadap Rusia atas tindakan agresinya di Ukraina. Ankara berkilah pihaknya masih bergantung pada pasokan energi Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Tayyip Erdogan bertemu pada awal Agustus dan bersepakat untuk meningkatkan kerja sama bisnis.

Kilang utama Turki, Tupras dan STAR SOCAR dari Azerbaijan secara signifikan meningkatkan pasokan minyak Ural Rusia dan Siberian Light pada tahun ini. Di waktu yang sama, mereka justru mengurangi pembelian minyak Laut Utara, Irak dan Afrika Barat, data menunjukkan.

Selama beberapa tahun terakhir, kilang STAR meningkatkan pembelian Johan Sverdrup Norwegia dan minyak Irak, yang kualitasnya mendekati Ural karena harga minyak Rusia telah naik.

Kilang STAR diperkirakan akan membeli sekitar 90.000 bph minyak dari Rusia selama Januari hingga Agustus 2022 dibandingkan dengan 48.000 bph selama periode yang sama tahun lalu, menurut data Refinitiv Eikon.

Data tersebut juga menunjukkan, kilang Tupras akan membeli sekitar 111.000 bph minyak dari Rusia pada Januari hingga Agustus tahun ini dibandingkan dengan hanya 45.000 bph selama periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga: