Warga Jakarta yang sebentar lagi menjadi "orang daerah" karena ibu kota Negara pindah ke Kalimantan Timur sungguh beruntung karena dmemiliki keleluasaan beraktivitas. Ini termasuk dalam berusaha karena hampir semua kantor bank besar berada di Jakarta, seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI). Namun, sebenarnya untuk zaman sekarang lokasi tidak penting lagi karena semua dapat diakses dari genggaman tangan menggunakan telepon pintar. Contohnya, BRI dapat diakses di mana pun lewat salah satunya BRImo. BRI telah menjadi tonggak penolong para pebisnis, termasuk yang superkecil atau ultramikro.

Sebelum bicara lebih lanjut peran BRI untuk usaha ultramikro, mungkin orang masih ingat ada ungkapan lama "Di mana ada kemauan, di situ ada jalan" atau dalam bahasa lain, Where is a will, there is a way. Kira-kira maknanya, manusia sering jatuh ke dalam situasi hidup yang berat, namun tak boleh berpasrah menerima nasib. Kalau mau bangkit dan berusaha, jalan (sukses) itu selalu tersedia.

Masyarakat Indonesia hidup dalam piramida bisnis. Di mana puncaknya hanya diisi segelintir manusia. Di sini termasuk perusahaan industri manufaktur skala menengah dan besaryang mencapai baru 29 ribu usaha atau perusahaan. Tetapi bawahnya dihuni jutaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)yang angkanya fantastislebih dari 64 juta.Sebagian dari kelompok inilah yang menggantungkan diri dan bisnisnya pada BRI.

Salah satunya mungkin pria bernama Hilda Karuniawan. Awalnya sedikit "jual mahal" ketika ditawari pinjaman dari BRI. "Saya lama ditawari pinjaman BRI Temanggung.Awalnya saya diam saja. Tapi dengan berjalannya waktu,akhirnya saya mau karena memang butuh. Prosesnya cepat dan mudah, ternyata" ujarnya.

Ekspansi

Ayah satu anak ini memanfaatkan dana pinjaman BRI untuk membesarkan warung soto dan kopinya, di daerah Kandangan, Temanggung. Berkat suntikan dana bank pelat merah yang cukup besar, 50 juta rupiah,kini usahanya merambah Sleman, khususnya untuk warung kopi, di sekitaran Turi. Dari usaha yang awalnya di daerah Kandangan, Temanggung ini sampai juga ekspansi ke DIY.

Usaha yang sudah berjalan ditambah bantuan pinjaman BRI, akhirnya pengusaha yang kini tinggal di Turi, Sleman ini akhirnya mampu mewujudkan banyak keinginan seperti menyelesaikan kuliah, membeli kendaraan, bahkan membangun rumah. "Jadi, cicilannya diambil dari usaha yang sudah running," tandas alumnus SMA Seminari Stella Maris, Bogor ini.

Menurut dia, BRI itu simpel, tidak berbelit-belit.Sebab bersama kerabatnya yang awalnya hanya berangkat dari KUR 10 juta rupiah, akhirnya kini dapat mengakses pinjaman yang 200 juta rupiah. "Bahkan ditawari sampai 500 juta rupiah," tandas Hilda. "Kuncinya, track record-nya harus lancar. Itu saja," tambah Hilda.

Usahawan-usahawan seperti Hilda Karuniawan ini yang mempertahankan Indonesia dari kemungkinan ambruk saat masa-masa krisis seperti pandemi Covid-19. Mereka inilah yang menyelamatkan ekonomi nasional, bukan pabrik mobil, pabrik baja, atau pabrik pesawat terbang. Dengan kata lain, BRI-lah yang berada di belakang selamatnya ekonomi bangsa saat krisis, berkat binaannya kepada usaha-usaha ultramikro dan kecil.

Di saat negara tidak mampu memperhatikan ekonomi rakyatnya karena harus fokus memerangi pandemi, BRI telah lebih dulu secara tidak sengaja menyiapkan ketangguhan ekonomi kerakyatan yang meluas lewat bantuan uang dan penuntunan kepada usaha-usaha mikro dan kecil. Itu semua berbuah kekuatan saat krisis yang tiba-tiba.

Maka, memang layak bila bank pemerintah yang satu ini mengangkat tema "BRI Memberdayakan Ultra Mikro dan UMKM Indonesia," untuk lomba penulisan jurnalistik.Wajar bila Hilda menegaskan, "Keberadaan BRI sangat membantu orang-orang seperti saya yang tinggal di desa. BRI sangat membantu orang-orang pelosok. Apalagi sekarang dapat mengajukan kredit melalui aplikasi BRImo yang amat membantu."

Untuk itu, BRI bisa menjadi jembatan alias "a way" dalam pepatah di awal tulisan. Kini tinggal kitanya, apakah memiliki "a will" yang kuat? Kalau ya, berarti kita tinggal membuka telepon genggam dengan membuka BRImo. Gampang kan?

Baca Juga: