Langkah ini dilakukan OPEC+ untuk mendongkrak harga minyak di tengah permintaan yang tidak menentu dan percepatan pasokan.

WINA - Delapan anggota kelompok negara penghasil minyak OPEC+ pada hari Minggu (3/11) mengatakan mereka memperpanjang pemotongan pasokan hingga akhir Desember.

Langkah ini ditujukan untuk mendongkrak harga minyak di tengah permintaan yang tidak menentu dan percepatan pasokan, dengan memperhatikan pemilihan presiden AS yang akan datang, meskipun analis memperkirakan dampaknya terbatas.

Delapan negara "telah sepakat untuk memperpanjang penyesuaian produksi sukarela November 2023 sebesar 2,2 juta barel per hari selama satu bulan hingga akhir Desember 2024", kata Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak yang berpusat di Wina dalam sebuah pernyataan.

Delapan dari 22 negara anggota kelompok yang memperpanjang pemotongan tersebut adalah pemimpin OPEC+ Arab Saudi dan Russia, serta Aljazair, Irak, Kazakhstan, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab.

Mereka telah menunda peningkatan produksi di tengah kekhawatiran atas melambatnya permintaan, yang telah membebani harga minyak dalam beberapa bulan terakhir.

Ipek Ozkardeskaya, analis senior di Swissquote Bank, mengatakan pengumuman tersebut merupakan "langkah logis berikutnya dari tekanan penurunan berkelanjutan pada harga minyak akibat lesunya permintaan Tiongkok dan melemahnya prospek permintaan global, serta melimpahnya pasokan non-OPEC".

Namun, peningkatan harga minyak "tidak mungkin" bertahan lama kecuali OPEC+ "mengambil tindakan lebih lanjut untuk membatasi produksi", kata Ozkardeskaya kepada AFP.

Dan bahkan saat itu, "strategi pembatasan mereka belum menghasilkan kenaikan harga minyak yang berkelanjutan," katanya, seraya menambahkan kelompok itu sekarang menyumbang kurang dari setengah produksi minyak global.

Jorge Leon, analis di Rystad Energy, mengatakan OPEC+ sedang menunggu hasil pemilihan presiden AS tanggal 5 November, yang "akan berdampak signifikan pada pasar minyak".

"Saya tidak begitu yakin siapa yang lebih disukai OPEC, tetapi perang dagang akan berarti permintaan yang lebih rendah," kata Leon kepada AFP. Perang dagang "mungkin terjadi" jika calon dari Partai Republik Donald Trump menang, katanya.

Para menteri OPEC+ akan bertemu pada awal Desember di Wina di kantor pusat kelompok tersebut, tetapi dengan pengumuman hari Minggu, delapan negara telah memutuskan untuk tidak membuka kembali keran hingga setidaknya awal tahun 2025.

Selama pertemuan menteri terakhir pada bulan Juni, OPEC+ masih mengumumkan bahwa mereka ingin meningkatkan produksi mereka mulai Oktober, meskipun telah menekankan bahwa keputusan ini dapat ditinjau sewaktu-waktu.

Baca Juga: