JENEWA - Setidaknya 63.285 orang tewas atau hilang dalam jalur migrasi di seluruh dunia antara tahun 2014 dan 2023, dengan sebagian besar kematian disebabkan oleh tenggelam, kata badan migrasi PBB pada Selasa (26/3).

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengenai Proyek Migran Hilang menunjukkan bahwa sebagian besar kematian dan orang hilang yang jumlahnya 28.854 kasus, terjadi di Mediterania diikuti oleh Afrika dan Asia.

Hampir 60 persen kematian yang didokumentasikan terkait dengan tenggelam, dan lebih dari sepertiga kematian tersebut berasal dari negara-negara yang sedang berkonflik, termasuk Afghanistan, Myanmar, Suriah, dan Ethiopia.

Data IOM menunjukkan bahwa tahun paling mematikan bagi para migran dalam satu dekade terakhir adalah tahun 2023, ketika tercatat 8.541 kematian yang sebagian disebabkan oleh peningkatan tajam kematian di Mediterania.

"Peningkatan jumlah kematian kemungkinan besar terkait dengan peningkatan jumlah keberangkatan dan akibat kecelakaan kapal di lepas pantai Tunisia," kata laporan itu, seraya menambahkan bahwa setidaknya 729 orang meninggal di lepas pantai Tunisia pada tahun 2023, dibandingkan dengan 462 orang pada tahun 2022.

"Pada tahun-tahun sebelumnya, sebagian besar kematian di Mediterania Tengah terjadi di lepas pantai Libia," imbuh IOM.

Politik Pengekangan

Ketika partai-partai anti-imigrasi terus mendapatkan pengaruh di seluruh Eropa selama bertahun-tahun, pemerintah telah berupaya untuk mengekang arus migrasi ke negara mereka dengan menjanjikan dana ke negara-negara di Mediterania seperti Tunisia dan Mesir.

Awal bulan ini, UE menjanjikan paket pendanaan sebesar 7,4 miliar euro ke Mesir yang digambarkan oleh Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, sebagai cara terbaik untuk mengatasi arus migrasi.

Pemerintah beberapa negara Eropa, termasuk Italia, Hungaria dan Inggris, telah menjadikan pembatasan imigrasi sebagai prioritas utama, sementara partai-partai sayap kanan di negara lain seperti National Rally di Prancis yang dipimpin oleh Marine Le Pen, semakin populer.

Para pemimpin agama termasuk di antara mereka yang menyerukan belas kasih yang lebih besar terhadap para migran. Paus Fransiskus bahkan telah menyerukan tanggapan pan-Eropa terhadap migrasi untuk menghentikan Mediterania menjadi "lautan kematian". ST/And

Baca Juga: