Penularan kasus Covid-19 yang tinggi terjadi pada daerah yang menjadi asal pemudik yaitu DKI Jakarta.

JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengungkapkan lonjakan tertinggi kasus positif Covid-19 pada pekan ini terjadi di lima provinsi. Semua provinsi tersebut berada di Pulau Jawa.

"Lima provinsi teratas yang mengalami kenaikan kasus seluruhnya berasal dari Pulau Jawa, yaitu Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Jawa Timur," kata Wiku saat konferensi pers daring di Jakarta, Selasa (15/6).

Bahkan, menurut dia, provinsi keenam teratas juga berasal dari Pulau Jawa yaitu Provinsi Banten. Enam provinsi di Pulau Jawa ini mencatatkan kenaikan kasus lebih dari 400 kasus hingga 7.000 kasus di pekan ini.

Di pekan kelima usai periode libur Idul Fitri 1442 H, kata Wiku, kenaikan kasus Covid-19 memang terjadi pada daerah yang menjadi tujuan mudik seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten dan Jawa Barat.

Selain itu, penularan kasus Covid-19 yang tinggi juga terjadi pada daerah yang menjadi asal pemudik yaitu DKI Jakarta. Kondisi yang mengkhawatirkan ini, kata Wiku, patut menjadi perhatian bagi pemerintah daerah serta masyarakat.

Strategi Pengendalian

Untuk itu, katanya, pemerintah daerah dianjurkan untuk lebih berhati-hati dan segera menetapkan strategi pengendalian kasus sesuai dengan kondisi dan kapasitas masing-masing daerah.

"Oleh karena itu, fokus kita saat ini adalah untuk segera mengendalikan segera pertumbuhan kasus di daerah-daerah yang sedang mengalami kegentingan kondisi kasus dengan ikut serta mematuhi kebijakan yang ada, baik pembatasan mobilitas dalam dan luar negeri, maupun kedisiplinan prokes," kata Wiku.

Selain itu, Wiku mengemukakan vaksin yang tersedia di Indonesia masih memiliki efektivitas di atas 50 persen untuk melindungi penerima manfaat dari risiko sakit akibat terpapar varian baru virus korona. "Secara keseluruhan sekarang masih memiliki efektivitas, karena efektivitas di atas 50 persen masih terpenuhi," katanya.

Wiku mengatakan pada prinsipnya setiap virus pasti akan mengalami mutasi karena dalam rangka untuk bertahan hidup di tubuh manusia. Proses mutasi virus tersebut bisa berlangsung terus menerus apabila potensi untuk menularnya tersedia atau penularannya tetap terjadi di masyarakat.

Wiku mengatakan penelitian lebih lanjut harus selalu dilakukan dan dimonitor agar vaksin yang digunakan dapat terukur efektivitasnya secara keseluruhan.

Pertanyaan seputar keampuhan vaksin dalam melindungi seseorang dari keterpaparan Covid-19, kata Wiku, hingga saat ini masih menjadi pertanyaan masyarakat dunia. "Artinya semua akan pasti melihat kondisi ini dan memastikan vaksinasi dilakukan betul-betul bisa memberikan proteksi kolektif," katanya.

Terkait peristiwa sejumlah tenaga kesehatan di Kudus, Jawa Tengah, yang mengalami reinfeksi Covid-19 meskipun telah terlindungi vaksin, Wiku menjelaskan reaksi vaksin bergantung pada kemampuan antibodi seseorang.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan terdapat 145 kasus variant of concern (VOC) yang diyakini menular lebih cepat hingga memperberat gejala Covid-19 saat ini menyebar di sejumlah daerah di Indonesia.

"Hingga 13 Juni 2021, dari total 1.989 sekuens yang diperiksa, telah dideteksi 145 sekuens VOC. Sebanyak 36 kasus B117, lima kasus B1351, dan 104 kasus B1617.2," katanya. n YK/Ant/N-3

Baca Juga: