YOGYAKARTA - Menanggapi rangkaian gangguan kamtibmas di kawasan Seturan Caturtunggal Depok Sleman DIY yang mengakibatkan sejumlah korban dan kerugian lainnya, Sekretariat Bersama Keistimewaan DIY menyampaikan rilis pernyataan sikap yang diterima redaksi Senin (4/7) yang ditandatangi oleh Ketua Sekber Keistimewaan, Widihasto Wasana Putra.

Berikut selengkapnya.

1. Mendesak pihak-pihak bertikai untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dengan alasan apapun. Kekerasan bukanlah solusi. Kekerasan hanya akan memicu kekerasan baru yang beranak pinak. Kekerasan apalagi terjadi di ruang publik sangat merugikan kepentingan umum.

2. Menuntut aparat untuk segera mengendalikan situasi keamanan dan ketertiban umum serta melakukan penegakan hukum tanpa pandang bulu. Supremasi hukum adalah kunci terjaminnya rasa aman dan nyaman masyarakat.

3. Meminta aparat untuk tidak semata-mata bertindak ketika telah pecah konflik namun kiranya juga harus dapat melakukan fungsi pencegahan dan antisipasi/deteksi dini konflik. Potensi konflik yang mucul salah satunya dapat dicermati dari merebaknya peredaran minuman keras (miras) beralkohol. Sebagian besar konflik yang diwarnai aksi kekerasan dipicu akibat konsumsi miras. Perlu ketegasan aparat untuk menegakkan segala aturan terkait atasnya.

4. Menyerukan kepada semua pihak khususnya segenap warga pendatang agar saling hormat menghormati satu sama lain. Jaga persatuan dan persaudaraan serta toleransi sesama warga bangsa. Ingat selalu pepatah "Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung," artinya dimanapun kita berada harus berperan aktif mengutamakan nilai-nilai kebersamaan. Jangan nodai perjuangan leluhur bangsa yang telah berkorban jiwa raga mewujudkan kemerdekaan dan menjaga Indonesia tetap ada. Upaya menjaga kohesi sosial ini merupakan tanggung jawab semua pihak.

5. Yogyakarta adalah kota pendidikan dan pariwisata. Banyak pelajar mahasiswa dari seluruh daerah Indonesia yang tinggal dan wisatawan yang berkunjung disini. Keberadaannya menggerakkan perekonomian. Gangguan kamtibmas yang kerap terjadi merupakan ancaman serius bagi perekonomian Yogyakarta dan mencederai spirit Yogyakarta sebagai city of tolerance.

Baca Juga: