PATNA - Setidaknya 46 orang, termasuk 37 anak-anak, tewas tenggelam saat merayakan festival Hindu di India timur, kata seorang pejabat pemerintah setempat kepada AFP pada Kamis (26/9).

Para korban tenggelam dalam insiden terpisah di negara bagian Bihar saat melakukan ritual mandi di sungai dan kolam yang meluap akibat banjir baru-baru ini, kata seorang pejabat dari Departemen Manajemen Bencana Bihar kepada AFP.

"Masyarakat mengabaikan tingkat ketinggian air yang berbahaya di sungai maupun kolam saat mandi untuk merayakan festival ini," kata pejabat tersebut, yang meminta identitasnya dirahasiakan karena ia tidak berwenang berbicara kepada media.

Peristiwa tenggelamnya kapal terjadi sejak Selasa di 15 distrik di negara bagian Bihar saat umat Hindu memperingati festival Jitiya Parv, yang dirayakan oleh para ibu demi kesejahteraan anak-anak mereka.

Pihak berwenang masih berupaya menemukan tiga jenazah lainnya, kata pejabat itu.

Jitiya Parv berlangsung selama beberapa hari dan juga dirayakan di negara bagian tetangga Uttar Pradesh dan Jharkhand, serta di beberapa bagian dataran selatan Nepal.

Pemerintah negara bagian Bihar telah mengumumkan kompensasi untuk masing-masing keluarga korban, kata pejabat pemerintah.

Tahun lalu media lokal melaporkan 22 orang tenggelam dalam kurun waktu 24 jam di Bihar, sebagian besar saat merayakan festival yang sama.

Insiden mematikan sering terjadi di tempat ibadah selama festival keagamaan besar di India, yang terbesar di antaranya mendorong jutaan umat untuk berziarah ke tempat suci.

Setidaknya 116 orang tewas tertimpa musibah pada bulan Juli dalam sebuah acara keagamaan Hindu yang penuh sesak di negara bagian Uttar Pradesh, tragedi terburuk dalam lebih dari satu dekade.

India dilanda hujan lebat dan banjir bandang setiap tahun selama musim muson Juni-September.

Musim hujan sangat penting bagi pertanian, dan karenanya penting bagi penghidupan jutaan petani.

Namun, hal itu juga bertanggung jawab atas kerusakan yang meluas setiap tahun dalam bentuk tanah longsor dan banjir yang menewaskan ratusan orang di seluruh Asia Selatan.

Lebih dari 200 orang tewas di negara bagian Kerala di India Selatan pada bulan Juli ketika hujan deras musim hujan menyebabkan tanah longsor yang mengubur perkebunan teh di bawah berton-ton batu dan tanah.

Para ahli mengatakan perubahan iklim meningkatkan jumlah peristiwa akibat cuaca ekstrem di seluruh dunia, pembangunan bendungan, penggundulan hutan, dan proyek pembangunan di India memperburuk korban manusia.

Sebuah studi tahun 2021 oleh Institut Penelitian Dampak Iklim Potsdam yang melacak pergeseran musim hujan sejak pertengahan abad ke-20 menunjukkan bahwa musim hujan menjadi lebih kuat dan lebih tidak menentu.

Baca Juga: