• Laskar Bayaran

Ketika Korporasi Menguasai Negara

Laskar Bayaran dipentaskan dengan gaya futuristik. Berlatar 2099, ketika korporasi global bernama "Paradize Capitol Corporation" menguasai sebuah negara dan rakyat hidup dalam koloni yang serba tertib. Persoalan hidup sehari-hari, cinta, pikiran sampai kegiatan ritual, diatur secara ketat dan dikenai pajak oleh Paradize Capitol Corporation.

Untuk menjaga ketertiban itu, Paradize Capitol Corporation membentuk Laskar Bayaran, yang bertugas mengawasi dan mengontrol kehidupan rakyat. Laskar Bayaran tak segan-segan, bahkan mengurusi soal-soal seputar ritual keagamaan, hingga dunia roh-roh. Di negeri koloni itu, roh pun harus membayar pajak.

Di tengah kehidupan yang serba tertib itu, ada satu wilayah yang belum tertaklukkan oleh Paradize Capitol Corporation, sebuah daerah misterius dan gaib bernama Hutan Gandamayu, yang dihuni para roh leluhur. Di hutan ini masih tersisa romantisme masa silam. Ada ekspatriat yang hidup damai di Hutan Gandamayu dan disebut sebagai The Last Bules. The Last Bules dijaga agar tidak punah. Sebab kepunahan berarti kehilangan asset turisme. Tanpa para The Bules, segala jenis ritual warisan leluhur tak akan pernah bisa diwariskan.

Hutan Gandamayu dianggap sebagai wilayah terlarang oleh Paradize Capitol Corporation, sebab hutan gaib itu digunakan rakyat sebagai tempat untuk melakukan perlawanan. Rezim Paradize Capitol Corporation menganggap mereka yang tinggal di Hutan Gandamayu sebagai para pemberontak. Laskar Bayaran digerakkan untuk menaklukkan para pemberontak itu.

Berbagai siasat dan intrik dijalankan untuk menghentikan perlawanan. Kejutan demi kejutan bermunculan, dan akhirnya membuka apa yang sebenarnya disembunyikan di balik siasat dan intrik itu.

Lakon Laskar Bayaran ini dipentaskan dengan menggunakan elemen wayang listrik karya I Made Sidia yang megah dan kaya ekspresi visual. Pentas ini juga diperkaya dengan musik yang ditata oleh Balawan, gitaris asal Bali yang dikenal memiliki "magic finger" serta Balawan Gamelan Fusion. Bersama seniman asal Bali, pentas Indonesia Kita ke-25 akan meneropong Indonesia hari ini, dan masa depan.

Tanggal : 25-26 Agustus 2017

Waktu : 20.00 WIB

Tempat : Teater Jakarta, TIM, Jl Cikini Raya 73, Jakarta

  • The Heritage

Duet Maut Gabriel Harvianto dan Wishnu Dewanta

Galeri Indonesia Kaya menjadi saksi bisu terselenggaranya konser kecil bertajuk 'The Heritage' yang diisi lagu-lagu nasional yang merupakan warisan budaya Indonesia ala Gabriel Harvianto dan Wishnu Dewanta.

Gabriel dan Wishnu sebagai musisi bertalenta memberikan suguhan penampilan yang baik bagi penikmat seni yang hadir dengan merasakan kembali keindahan lagu-lagu Nusantara dengan karateristik yang begitu kaya.

Gabriel Harvianto mengungkapkan semakin bertambahnya usia bangsa Indonesia, ada kalanya tradisi yang telah dipertahankan dan dijaga dengan baik perlahan mulai luntur.

"Untuk itu, melalui konser The Heritage, kami ingin mengajak penikmat seni untuk menanamkan kepada diri kita untuk bangga dan mencintai dengan sepenuh hati warisan tradisional budaya Indonesia. Semoga konser ini dapat menginspirasi masyarakat Indonesia untuk selalu menjaga budaya bangsa kita," ujarnya.

Penikmat seni dihibur dengan lagu-lagu Nusantara seperti Talempong, Indonesia Jiwaku, Nyiur Hijau, Sound of Aceh, Rentak Melayu, Berkibarlah Benderaku, Indonesia Pusaka, Batak Medley, Tanah Airku dan ditutup lagu Keep on Smiling Indonesia.

Tanggal : 27 Agustus 2017

Waktu : 15.00 WIB

Tempat : Indonesia Kaya, Grand Indonesia, West Mall Lt. 8, Jalan MH Thamrin No. 1, Jakarta Pusat

  • Willy Aviantara and Friends

Gemilang Indonesia Pusaka

Pertunjukan Gemilang Indonesia Pusaka akan menampilkan konser berdurasi satu jam dengan membawakan sejumlah lagu karya Ismail Marzuki dan Guruh Soekarno Putra yang ditampilkan dalam format aransemen orkestra dan dukungan multimedia serta dibawakan penyanyi dan penampil muda berbakat antara lain Harris Kristanto (penyanyi-pencipta lagu), Vice Versa (grup penyanyi wanita), Jane Callista "The Voice Kids Indonesia" (penyanyi cilik), Morietnez "The Voice Kids Indonesia" (penyanyi remaja) dan Mellody Arben (pemain biola profesional) serta didukung tata artistik berbasis multimedia oleh Wisnu Kumoro, busana & aksesoris oleh desainer Yudistira, Alfons Lee & Hans Virgoro.

Willy Aviantara adalah pencipta lagu dan penata musik yang juga pemerhati musik Indonesia. Willy mendapatkan sejumlah penghargaan antara lain dari Festival Lagu Anak Indonesia dari Kementerian Pariwisata RI, Festival Lomba Cipta Lagu Daerah Nusantara, UNFPAJingle Competition, dan lain-lain. Willy membentuk komunitas musikus bernama W-AV Entertainment yang isinya adalah para musisi dalam berbagai profesi dan seringkali tampil dalam berbagai acara dan mengikuti berbagai kompetisi/festival.

Tanggal : 26 Agustus 2017

Waktu : 15.00 WIB

Tempat : Indonesia Kaya, Grand Indonesia, West Mall Lt. 8, Jalan MH Thamrin No. 1, Jakarta Pusat

Baca Juga: