JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah warga yang mengungsi untuk menghindari dampakgempa bumi di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, mencapai 2.326 orang.

Menurut siaran pers BNPB yang diterima di Jakarta, Selasa (30/8), pengungsi tersebar di tujuh dusundi Desa Simalegi dan Desa Simatalu, Kecamatan Siberut Barat, Pulau Siberut.

"Warga masih ada yang di pengungsian, terutama anak-anak, wanita, dan lansia. Mereka sudah bermalam di tenda," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Mentawai, Novriadi.

Seperti dikutip dari Antara, Novriadi mengatakan warga mengungsi karena mengkhawatirkan dampak gempa susulan setelah gempa dengan magnitudo 6,1 yang terjadi di Kepulauan Mentawai, pada Senin (29/8), pukul 10.29 WIB. Kebanyakan warga secara mandiri mendirikan tenda pengungsian di dekat rumah mereka.

"Jaraknya (tenda pengungsian) tidak jauh. Hanya kurang lebih 300 meter dari rumah," kata Novriadi.

Warga umumnya tinggal di tenda pada malam hari dan kembali ke rumah masing-masing untuk beraktivitas sebagaimana biasa pada pagi sampai sore hari. Novriadi menyampaikan BPBD berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan dan pemerintah desa untuk menyalurkan bantuan kepada warga yang mengungsi.

Terkendala Cuaca

Namun, dia mengatakan stok bantuan makanan kemungkinan hanya cukup untuk dua hari saja dan penyaluran bantuan ke daerah terdampak gempa pun kadang terkendala kondisi cuaca. Perjalanan menggunakan kapal menuju ke daerah yang terdampak gempa membutuhkan waktu kurang lebih delapan jam.

"Logistik dan makanan hanya cukup untuk dua hari. Itu pun sudah dibagikan kepada warga kemarin sore sambil menunggu bantuan dari kabupaten. Tadi saya sampaikan ke Pak Camat agar bisa memanfaatkan stok logistik yang ada di pertokoan di sana," kataNovriadi.

Gempa bumi dengan magnitudo 6,1 yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada Senin (29/8) diikuti dengan 13 kali gempa susulan dengan magnitudo 3,5 hingga 6,1.

Menurut data pemerintah, gempa menyebabkan kerusakan satu gedung SMPN 3 Simalegi, satu bangunan SDN 11 Simalegi, satu gedung Puskesmas Betaet, satu gereja, dan aula Kantor Camat Siberut Barat.

Hingga saat ini, warga yang terdampak gempa, antara lain masih membutuhkan bantuan alat penerangan, tenda, tikar, selimut, dan makanan siap saji.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin menyebut tim BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai telah turun ke lapangan untuk melakukan monitoring, asesmen lapangan dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

"Hasil asesmen awal dilaporkan adanya kerusakan ringan pada bangunan di Pulau Siberut berupa retakan di dinding gedung dan beberapa bagian langit-langit. Mengenai korban jiwa, hingga saat ini belum ada laporan terkait hal itu," ujar Abdul.

Pusat gempa itu diketahui berada di 0.99 LS, 98.53 BT atau 161 kilometer barat laut Kepulauan Mentawai pada kedalaman 10 kilometer. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Abdul melaporkan guncangan gempa itu dirasakan cukup kuat sekitar 3-5 detik oleh warga Kabupaten Kepulauan Mentawai. Wilayah yang merasakan gempa ini, meliputi Siberut Utara (V-VI MMI), Tuapejat, Painan (III-IV MMI), Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Solok dan Solok Selatan (II-III MMI).

Hasil monitoring BMKG, per Senin (29/8) telah terjadi tiga kali gempa berkekuatan di atas M 5 di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Adapun yang pertama adalah gempa dengan magnitudo 5.2 pada pukul 00.04 WIB yang berpusat di 1.00 LS dan 98.58 BT pada kedalaman 14 kilometer.

Baca Juga: