Penurunan polusi udara hanya terjadi di jalan-jalan yang diberlakukan HBKB, sementara udara di jalur lain kadar polusi tidak berubah.

JAKARTA - 15 tahun sudah pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Car Free Day (CFD) berlangsung di Jakarta. Keberadaan CFD diharap mampu mengubah gaya hidup masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum yang menjadi salah satu tujuan adanya penyelenggaraan HBKB.

"Tujuan utama CFD adalah cara Pemerintah Provinsi DKI untuk mengajak masyarakat berpindah dari kendaraan pribadi ke angkutan umum, sehingga nantinya udara di Jakarta bisa lebih baik. Kalau penggunaan kendaraan pribadi berkurang, otomatis kualitas udara pun pasti meningkat," ujar Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko saat acara perayaan Hari Ulang Tahun ke-15 CFD di kawasan Sudirman - Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (24/9).

Sigit mengungkapkan, saat ini jumlah masyarakat yang beralih menggunakan transportasi umum memang masih tergolong rendah, hanya sekitar 18 persen. Namun, seiring dengan selesainya pembangunan Light Rail Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT), diharapkan penggunaan transportasi umum akan meningkat sekitar 30 persen pada tahun 2019 mendatang.

"Intinya, tanpa ada perpindahan kita tidak akan bisa meraih kualitas udara yang lebih baik. Saya harap kegiatan ini bukan hanya menjadi ruang interaksi, tapi juga menjadi sarana edukasi. Tapi tetap ada beberapa yang harus dievaluasi, seperti parkir liar dan sampah," kata Sigit.

Mantan Kepala Unit Layanan Pengaduan itu menyebutkan antusias masyarakat dalam mengikuti kegiatan CFD semakin tahun semakin meningkat. Hal tersebut terlihat dari penyelenggaraan CFD yang tidak hanya dilakukan Sudirman-Thamrin, tetapi juga di lima wilayah kota dan bahkan kota penyangga Jakarta lainnya.

Seperti yang terlihat di Jalan Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ratusan warga turut meramaikan kegiatan CFD yang berlangsung pada Minggu (24/9). Selain berolahraga bersama, kegiatan CFD ini diisi dengan berbagai hiburan, pembagian hadiah doorprize dan aneka bazar kuliner serta produk unggulan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

"Kedepannya, lomba atau permainan tradisional harus ada di kegiatan HBKB biar lebih meriah lagi sekaligus untuk melestarikannya. Begitu juga dengan atraksi dari kelompok olahraga pencak silat, tarian dan berbagai keahlian yang dimiliki anggota Karang Taruna dipersilahkan untuk tampil disini," ungkap Walikota Jakarta Utara, Husein Murad.

Dikatakan, CFD sebagai ajang berolahraga sekaligus silaturahmi dengan mengambil lokasi di badan jalan yang ditutup sementara mulai Pukul 06.00 hingga 11.00 WIB. Untuk kedepannya, Husein berharap kegiatan CFD diwilayahnya dapat menampilkan seni budaya Betawi atau nuansa betawi baik dari segi ornamen betawi maupun kuliner betawi.

"Mari kita manfaatkan kegiatan HBKB sehingga bisa dinikmati seluas-luasnya oleh masyarakat. Badan tetap bugar dan juga terjaga hubungan silaturahminya," papar Husein.

Kadar Polusi

Sementara itu, Koordinator Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Syafrudin menilai CFD yang bertujuan untuk mengurangi polusi udara nyatanya belum berhasil. Penurunan polusi udara hanya terjadi di jalan-jalan yang diberlakukan HBKB, sementara udara di jalur lain kadar polusi tidak berubah.

"Kalau moda transportasi umum dan segala pendukungnya tidak ada peningkatan, mau CFD diperluas atau diperbanyak pun polusi udara tidak akan menurun," tutup pria yang akrab disapa Puput itu.

Kemacetan di Jakarta saat ini, lanjut Puput, menjadi penyebab polusi udara menumpuk. Berdasarkan kajian KPBB pada tahun 2016, kecepatan rata-rata kendaraan bermotor di Jakarta hanya 14 sampai 15 kilometer per jam. Jumlah pengidap penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan) di Jakarta mencapai 2,4 juta pada 2012, jumlah ini meningkat di 2016 yang menjadi 2,7 juta. "Secara agregat polusi di Jakarta tidak mengalami perubahan. Moda transportasi masal harus jadi jawaban," tutup dia. nis/P-5

Baca Juga: