Perlu kerja sama semua pihak dalam mendukung percepatan dan perluasan cakupan vaksinasi untuk lansia.

JAKARTA - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melaporkan jumlah penerima dosis kedua vaksin Covid-19 di Indonesia hingga Selasa siang mencapai 128.655.689 orang. Data Satgas yang diterima menyebutkan jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan dosis kedua vaksin Covid-19 itu bertambah 627.615 orang.

Sementara itu, jumlah penerima vaksin dosis pertama yang tercatat hari ini sebanyak 440.655 orang. Dengan tambahan tersebut, jumlah penerima vaksinasi dosis pertama menjadi 185.121.652 orang. Total vaksinasi untuk dosis ketiga hari ini mencapai 289.918 orang. Pemerintah berencana memvaksinasi 208.265.720 orang.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui dashboard vaksinasi melaporkan suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 sudah diberikan pada 88,89 persen dari total masyarakat sasaran.

Sementara warga yang sudah selesai menjalani vaksinasi dosis kedua meliputi 61,77 persen dari total sasaran, sedangkan untuk vaksinasi dosis ketiga mencapai 2,17 persen.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi, mengingatkan masyarakat vaksinasi sangat perlu dikejar terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti lansia. "Vaksinasi untuk lansia harus terus kita genjot, terutama ketika kasus sedang meningkat," ujarnya.

Kerja Sama

Nadia menekankan perlunya kerja sama semua pihak dalam mendukung percepatan dan perluasan cakupan vaksinasi untuk lansia. Hal ini karena golongan lansia adalah kelompok yang paling berisiko.

Hingga saat ini baru 15.705.477 lansia di Indonesia yang mendapatkan vaksin dosis pertama dan 10.394.841, di antaranya mendapatkan dosis kedua dari target sasaran 21.553.118 jiwa lansia di Indonesia.

Diketahui, kelompok ini memiliki risiko lebih tinggi terhadap keparahan dan tingkat kematian, manakala terinfeksi. Dilansir dari Covid19.go.id, 46,8 persen pasien yang meninggal karena Covid-19 adalah kelompok lansia.

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengemukakan pelayanan telemedisin merupakan bagian penting dari isolasi mandiri di tengah tren peningkatan kasus Omicron di Indonesia.

"Telemedisin jadi hal yang amat penting, apalagi diperkirakan kasus akibat Omicron masih akan terus meningkat," kata Tjandra Yoga Aditama melalui pernyataan tertulisnya.

Pakar Ilmu Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menyampaikan tiga usulan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan telemedisin bagi pasien isolasi mandiri Covid-19.

Ia mengatakan sebaiknya konsultasi dengan dokter telemedisin tidak hanya di hari pertama saja, tetapi setiap hari selama masa isolasi mandiri, untuk memonitor sejumlah kondisi kesehatan.

Menurut Tjandra, kondisi kesehatan yang dimaksud, di antaranya perkembangan keluhan pasien dari hari ke hari, mendeteksi kemungkinan keluhan dan efek samping dari konsumsi obat yang diberikan serta untuk penyesuaian dosis dan atau memberi obat tambahan kalau diperlukan selama menjalani isolasi mandiri.

"Kalau sekiranya memang tidak bisa diberikan pelayanan telemedisin gratis tiap hari, akan sangat baik kalau pasien dapat konsultasi harian lewat telepon kepada dokter atau tenaga kesehatan di puskesmas terdekat," katanya.

Tjandra menjelaskan konsultasi kepada dokter atau nakes yang kebetulan kerabat atau bagian dari keluarga pasien juga direkomendasikan, sebab konsultasi atau pengawasan harian adalah hal penting, walaupun hanya dengan telepon maupun pesan singkat.

"Setidaknya pada konsultasi pertama melibatkan keluarga yang sehari-hari menangani pasien. Kalau teleponnya dengan panggilan WhatsApp kan bisa dengan mudah menambah partisipan anggota keluarga," ujarnya.

Baca Juga: