YOGYAKARTA - Jaringan Sejarawan Merah Putih (Jas Merah) kembali menggelar diskusi bertajuk 120 Tahun Soekarno; Penggali Pancasila pada Senin (21/6), di Loco Coffee Shop Malioboro Yogyakarta. Diskusi menghadirkan Guru Besar Filsafat UGM Muhtasar Syamsuddin, pentolan Kelompok Musik Kampungan Bram Makahekum dan aktivis mahasiswa 80-an John Tobing.

Direktur Jas Merah Widihasto Wasana Putra mengatakan bulan Juni penuh dengan peristiwa bersejarah. Tanggal 6 Juni adalah hari lahir Bung Karno. Kemudian 21 Juni merupakan tanggal wafatnya Bung Karno. Hari lahir Pancasila juga diperingati tiap 1 Juni. Khusus tahun ini persis 120 tahun Soekarno.

"Putra Sang Fajar ini terlahir tahun 1901 dan salah satu jasa terbesar Bung Karno bagi bangsa Indonesia adalah merumuskan nilai-nilai luhur bangsa yang dinamai Pancasila," kata Widihasto, di Yogya, Senin (21/6).

Dalam paparannya Widihasto menyebut, Pancasila pertama kali dikemukakan Bung Karno di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesiatanggal 1 Juni 1945 di Jakarta.

Bung Karno menyebut Pancasila itu sebagai philosofischegrondslag (fundamen filsafat), pikiran sedalam-dalamnya, untuk kemudian di atasnya didirikan bangunan "Indonesia merdeka yang kekal dan abadi".

Mengubah Pancasila berarti mengubah dasar atau asas negara. Pancasila menjadi konsensus nasional yang mengikat kemajemukan bangsa Indonesia.

"Narasi ini perlu terus diingatkan dan diajarkan khususnya kepada generasi muda.Oleh sebab itu penyelenggaraan diskusi sengaja memilih lokasi di coffee shop agar lebih mendekati khalayak kaum milenial," terang Widihasto.

Diskusi akan menarik sebab ketiga narasumber memiliki kompetensi dan pengalaman panjang dalam kiprah sosial di masyarakat.

Profesor Muhtasar Syamsuddin pernah memimpin Pusat Studi Pancasila UGM. Sebagai Guru Besar ia tidak canggung aktif terjun dalam berbagai gerakan masyarakat yang mengusung isu-isu kebangsaan.

Sedangkan Bram Makahekum adalah musisi senior yang boleh dibilang pioner menyanyikan tembang-tembang bernuansa nasionalisme. Pada periode tahun 1970-an akhir Bram Makahekum bersama Kelompok Kampungan mewarnai blantika musik tanah air dengan lagu-lagu bernada protes pada penguasa. Mereka kerap pentas dari kampus ke kampus dan tak jarang konsernya dihentikan penguasa kala itu.

Tahun 1980 Kelompok Kampungan mengeluarkan album berjudul Bung Karno dengan salah satu tembangnya yang populer berjudul Mereka Mencari Tuhan. Lagu ini unik, sekaligus menunjukkan keberanian Bram, sebab memasukkan cuplikan pidato Bung Karno.

"Dapat dibayangkan betapa beratnya pilihan berkesenian Bram dkk kala itu ketika rezim Orde Baru pada masa itu tengah gencar-gencarnya melakukan de-Soekarnoisasi," jelas Widihasto.

Narasumber berikut adalah mantan aktivis gerakan mahasiswa tahun 80-an John Tobing. Pria asal Riau ini kuliah di UGM. Ia aktif dalam gerakan mahasiswa era 80 akhir hingga 90 an awal. John Tobing adalah pencipta lagu berjudul Darah Juang. Lagu yang selalu dinyanyikan para mahasiswa saat menggelar aksi-aksi demonstrasi jalanan. John Tobing juga terlibat dalam berbagai aksi-aksi advokasi rakyat seperti kasus Kedung Ombo.

"Jas Merah berharap diskusi dapat memunculkan inspirasi-inspirasi baru dalam rangka merawat kesinambungan NKRI berlandaskan Pancasila dengan semboyannya Bhinneka Tunggal Ika. Diskusi dilangsungkan sesuai prosedur protokol kesehatan. Peserta diskusi dibatasi jumlah kursi coffee shop. Bagi masyarakat luas dapat menyimak melalui live instagram @jasmerah.file," pungkas Widihasto.

Baca Juga: