UNICEF melaporkan ada lebih banyak anak yang membutuhkan bantuan kemanusiaan dibandingkan waktu lainnya sejak Perang Dunia Kedua.

Anak-anak di seluruh dunia dewasa ini menghadapi berbagai krisis yang mematikan, mulai dari konflik, wabah penyakit dan melonjaknya angka kekurangan gizi. Sementara itu, perubahan iklim memperburuk krisis ini dan menimbulkan krisis baru.

Berikut 11 negara dengan keadaan darurat terparah menurut UNICEF:

1. Sudan

Banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya di Sudan selatan telah menelan banyak korban. Banyak tanaman pangan yang hancur, begitu pula peternakan. Dengan kelaparan dan kekurangan gizi yang meningkat di daerah banjir, UNICEF memprediksi akan banyak keluarga miskin yang dihadapkan dengan kelaparan tanpa bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan.

2. Yaman

Setelah delapan tahun konflik, lebih dari 11.000 anak telah terbunuh atau cacat sejak 2015. Perpindahan besar-besaran akibat konflik, yang diperparah dengan guncangan iklim telah menyebabkan lebih dari 2 juta anak kekurangan gizi akut dan berjuang untuk bertahan hidup.

3. Haiti

Gejolak politik, kekerasan antar geng, kemiskinan dan bencana alam telah menjadi kombinasi ancaman yang mematikan yang menimbulkan tantangan besar bagi keluarga di Haiti. Belum lagi lonjakan wabah kolera pada tahun 2022 menimbulkan risiko lain bagi kesehatan anak-anak dan kehidupan mereka. Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, kolera menyebar di Haiti dengan sedikitnya 13.672 kasus dan 283 kematian tercatat sejak awal Oktober 2022.

4. Republik Demokratik Kongo

Eskalasi konflik bersenjata dan wabah penyakit mematikan telah memakan korban termasuk jutaan anak di Republik Demokratik Kongo. UNICEF mencatat, negara ini menampung jumlah pengungsi internal tertinggi kedua di dunia. Kondisi sempit di kamp-kamp tempat tinggal keluarga penuh dengan bahaya bagi anak-anak, yang menghadapi peningkatan risiko kekerasan dan penyakit.

5. Pakistan

Bencana banjir terbesar yang melanda sebagian besar Pakistan pada tahun 2022 memperparah krisis kesehatan bagi anak-anak di daerah itu. Berbulan-bulan setelah banjir, sebagian besar lahan pertanian dan desa tetap terendam air, sementara jutaan anak masih membutuhkan bantuan darurat.

UNICEF memperkirakan sekitar 8 juta orang masih terpapar banjir atau tinggal di dekat daerah banjir. Banyak dari keluarga ini masih tinggal di tenda darurat di pinggir jalan atau di dekat puing-puing rumah mereka yang berada tepat di samping air yang tercemar dan tergenang.

6. Burkina Faso

Kondisi politik negara yang rapuh, dampak perubahan iklim, serta krisis ekonomi dan kesehatan telah membuat sekitar 1,7 juta orang yang sebagian besar merupakan anak-anak terpaksa mengungsi. Kecemasan, depresi, dan masalah terkait stres lainnya yang terkait dengan pemindahan dapat berdampak buruk seumur hidup pada kesehatan emosional dan fisik anak-anak.

7. Myanmar

Konflik sipil di Myanmar terus berdampak pada anak-anak dan keluarga mereka, dengan sekitar 5,6 juta anak membutuhkan bantuan kemanusiaan. Serangan terhadap sekolah dan rumah sakit terus berlanjut pada tingkat yang mengkhawatirkan, sementara pelanggaran hak berat dalam konflik bersenjata telah dilaporkan. Konflik tersebut telah merusak pemberian layanan kesehatan anak, termasuk imunisasi rutin, mengancam akan berdampak buruk pada kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dalam jangka panjang.

8. Palestina

Anak-anak di Palestina terus menghadapi krisis yang berlarut-larut akibat pendudukan yang berkelanjutan. Sekitar 2,1 juta orang kini membutuhkan bantuan kemanusiaan. Sebuah studi tentang kekerasan pada tahun 2011 menemukan bahwa 48 persen rumah tangga Palestina terpapar kekerasan dari pasukan keamanan dan pemukim Israel.

Tak hanya itu, anak-anak Palestina berusia antara 12 dan 17 tahun di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, terus ditahan oleh pasukan Israel. Berdasarkan pengakuan anak-anak, ada bentuk-bentuk perlakuan buruk terhadap mereka yang dilaporkan dan pelanggaran proses hukum ketika ditangkap dan ditahan yang menggambarkan sistem keadilan retributif. Ini termasuk penangkapan di malam hari, dan kurangnya akses ke pengacara atau alternatif penahanan.

9. Bangladesh

Bangladesh masih menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya yang menetap di Distrik Cox's Bazar setelah melarikan diri dari kekerasan ekstrem di Myanmar. Sementara layanan dasar telah disediakan di kamp, anak-anak masih menghadapi wabah penyakit, kekurangan gizi, kesempatan pendidikan yang tidak memadai, dan risiko lain seperti eksploitasi dan kekerasan.

10. Suriah

Lebih dari satu dekade krisis kemanusiaan dan permusuhan telah membuat anak-anak di Suriah menghadapi salah satu keadaan darurat paling kompleks di dunia.

Dua pertiga dari populasi membutuhkan bantuan karena krisis ekonomi yang memburuk, permusuhan lokal yang terus berlanjut, pemindahan massal dan infrastruktur publik yang hancur. Konflik telah menjadi salah satu krisis pendidikan terbesar dalam sejarah baru-baru ini.

11. Kenya

Perubahan iklim yang ekstrim membuat Kenya mengalami kekeringan terburuk dalam 40 tahun. Tanpa air, tanaman tidak dapat tumbuh, dan hewan serta ternak mati. Hilangnya makanan bergizi, dikombinasikan dengan sanitasi yang buruk, telah menyebabkan ratusan ribu anak membutuhkan perawatan karena kekurangan gizi.

UNICEF melaporkan banyak anak-anak dengan gizi buruk yang parah memiliki sistem kekebalan mereka lemah, membuat mereka rentan terhadap keterlambatan perkembangan, penyakit, dan kematian.

Baca Juga: