Tindakan keras terhadap pengunjuk rasa di provinsi Sistan dan Balochistan Iran berlanjut selama akhir pekan. Demonstrasi yang dimulai atas dugaan pemerkosaan seorang gadis berusia 15 tahun oleh seorang komandan polisi di kota pelabuhan Chabahar berubah jadi kekerasan setelah pasukan keamanan menembaki demonstran di kota Khash.

Mengutip Arab News, pada hari Jumat (4/11) tentara Iran dilaporkan menembakkan peluru tajam ke demonstran yang berbaris dari masjid utama ke gedung rumah gubernur di Khash, untuk berunjuk rasa melawan pemerintah Iran, dengan para pengunjuk rasa meneriakkan "Matilah para diktator" dan "Matilah Basiji", yang mengacu pada pasukan sukarelawan Korps Pengawal Revolusi Islam yang telah terlibat dalam memadamkan kerusuhan.

Amnesty International melaporkan 10 orang, termasuk anak-anak, tewas, dan mengatakan sangat prihatin dengan pertumpahan darah lebih lanjut di tengah gangguan internet dan laporan pihak berwenang membawa lebih banyak pasukan keamanan ke daerah itu.

Aktivis lokal dan ulama Sunni terkemuka, Mulvi Abdul Hamid, imam masjid pusat Zahedan, mengatakan bahwa setidaknya 16 orang telah tewas.

"Sejumlah remaja dan pemuda yang berkumpul di depan gubernur kota Khash dan meneriakkan slogan-slogan dan mulai melemparkan batu langsung menjadi sasaran peluru tajam," kata Hamid dalam sebuah pernyataan, Sabtu (5/11).

"Sebagian besar teman dan kerabat kami di Zahedan dan Khash menggunakan internet melalui VPN, tetapi setelah Jumat, mereka juga tidak dapat terhubung melalui VPN," ujar Asif Burhanzai, seorang penduduk Mirjaveh, dekat perbatasan Pakistan-Iran mengatakan kepada Arab News, menambahkan bahwa dirinya tidak dapat menghubungi kerabatnya di kota.

"Situasinya sangat suram untuk hari ketiga di Khash setelah penembakan mematikan yang dilakukan oleh militer Iran," kata Mohammed Zia, seorang pedagang di Zahedan, kepada Arab News.

"Ada pemogokan penutupan total di seluruh kota terhadap kebrutalan yang dilakukan terhadap pengunjuk rasa yang tidak bersalah dan tidak bersenjata," sambungnya.

Sementara itu media pemerintah Iran mengunggah gambar kendaraan hangus dan asap mengepul dari bangunan terlihat dalam foto yang dibagikan oleh media pemerintah Iran, yang menyalahkan kerusakan pada "perusuh."

Kekerasan di kota Kash terjadi di tengah demonstrasi di seluruh Iran atas kematian seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun, Mahsa Amini, dalam tahanan polisi moral Iran.

Setidaknya organisasi Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia melaporkan 304 orang telah tewas oleh pasukan keamanan sejak awal protes pada pertengahan September tahun ini.

"Hak Asasi Manusia Iran telah menerima sejumlah besar laporan kematian yang terus diselidiki dengan gangguan internet," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.

"Jumlah sebenarnya orang yang terbunuh, oleh karena itu, tentu saja lebih tinggi," lanjutnya.

Baca Juga: